contoh makalah tentang dinamika konflik dalam organisasi lengkap
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sejak
zaman dahulu, manusia sudah mengenal dan mengalami bermacam konflik. Konflik
dapat terjadi antara suami-istri, antara orang tua dan anak, antara kelompok
yang satu dengan kelompok yang lain, antara pihak atasan dengan pihak bawahan dan sebagainya.
Konflik juga terjadi antar bangsa, yang
tidak jarang menyebabkan timbulnya peperangan. Bisa dikatakan bahwa selama
manusia hidup, maka senantiasa akan muncul berbagai macam konflik yang
bersumber pada berbagai macam sebab.
Ada
konflik yang relative mudah untuk diatasi dan ada pula konflik yang memerlukan
waktu lama untuk menyelesaikannya, tetapi ada pula konflik yang dari generasi
ke generasi berikutnya tidak terpecahkan ataupun terselesaikan. Tidak
mengherankan apabila banyak orang yang berpendapat bahwa konflik merupakan hal
yang sulit untuk dirumuskan, mengingat bahwa ia muncul dalam bermacam-macam
setting yang berbeda-beda.
Salah
satu problema dalam hal merumuskan dan mempelajari konflik adalah kecenderungan
untuk mengimbangkan konflik dan persaingan. Akan tetapi, perlu diingatkan bahwa
konflik tidak bersinonim dengan persaingan. Persaingan sendiri meliputi
tindakan-tindakan yang dilakukan orang tertentu untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya yang menyebabkan orang lain tidak berhasil mencapai tujuannya.
Perlu
diingatkan disini bahwa perbedaan antara konflik dan persaingan bukanlah
seperti membelah-belah rambut, karena konflik dapat muncul dalam berbagai
bentuk selain dari bentuk konfllik karena di sebabkan oleh persaingan.
Persaingan ini kerap terjadi dalam suatu organisasi, dimana satu pihak saling
bersaing dengan pihak lainnya untuk memperebutkan posisi kedudukan dalam
organisasinya atau dalam suatu departemen.
Suatu
organisasi terdiri dari dari bagian-bagian atau departemen yang saling
bekerjasama dan saling bergantung satu sama lainnya. Hubungan saling ketergantungan
ini dapat meningkatkan kerjasama, tetapi dapat pula menimbulkan konflik.
Konflik sangat mungkin terjadi karena masing-masing kelompok atau depertemen
memiliki tujuan yang berbeda-beda atau saling bertentangan.
C.R.
Mitchell mengemukakan tentang situasi-situasi konflik yaitu “…any situation in
which two or more social entities or parties ( however difined or structured)
perceive that they possess mutually imcompatible goals”. Apabila kita
merumuskan situasi-situasi konflik sebagai situasi dimana pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya memiliki tujuan-tujuan yang saling bertentangan, terlepas
dari apakah pihak-pihak yang dimaksud berupa individu-individu, kelompok social
ataupun organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
apa yang dimaksud
dengan konflik?
2.
apa saja
jenis-jenis konflik?
3.
apa yang dimaksud
konflik intraindividu?
4.
apa yang dimaksud
konflik antarpribadi?
5.
jelaskan perilaku
dan konflik antar kelompok?
6.
jelaskan pengaruh
konflik individu?
7.
jelaskan strategi
mengatasi konlik?
8.
jelaskan strategi
dan metode penyelesaian konflik?
9.
apa yang dimaksud
dengan keahlian negosiasi: lebih dari manajemen konflik?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konflik
Konflik berasal dari
kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Berikut
beberapa pengertian konflik menurut para ahli:
2.1.1 Konflik Menurut
Para Ahli
1. Taquiri dalam Newstorm dan Davis
(1977)
konflik merupakan warisan kehidupan
sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi
dan pertentangan di antara dua pihak
atau lebih pihak secara berterusan.
2. Gibson, et al (1997: 437)
hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,
hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika
masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri –
sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Muchlas (1999)
Dipandang sebagai
perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan
individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi. Konflik ini
terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
4.
Minnery
(1985)
Konflik organisasi merupakan interaksi antara
dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung,
namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
5.
Robbins
(1993)
Konflik dalam organisasi
sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan
memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan
adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif .
6.
Pace & Faules (1994:249).
Konflik merupakan
ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan
kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian
menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan,
diingat, dan dialami .
7.
Folger &
Poole (1984).
Konflik dapat dirasakan,
diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi
8.
Myers(1982)
dan Kreps (1986) serta Stewart(1993)
Konflik senantisa
berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi
sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap
pihak yang terlibat .
9.
Devito
(1995)
Interaksi yang disebut
komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal
akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda.
10. Alabaness
konflik adalah
kondisi yang dipersepsikan ada di antara pihak-pihak atau lebih merasakan
adanya ketidaksesuaian antara tujuan dan peluang untuk mencampuri usaha
pencapaian tujuan pihak lain.
Jadi, konflik merupakan sebuah situasi, dimana dua
orang atau lebih menginginkan tujuan-tujuan yang menurut persepsi mereka dapat
dicapai oleh salah seorang diantara mereka, tetapi hal itu tidak mungkin dicapai
oleh kedua belah pihak (Ross Stagner).
Konflik adalah proses dimana satu pihak mengganggap bahwa pihak lain menentang
atau menghalangi kepentingan-kepentingannya (Krietner Dan Kinioki, 2005). Sementara itu, Greenberg Dan Baron (2003), mendifinisikan konflik sebagai proses
dimana suatu kelompok merasa atau mempersepsikan kelompok lain akan mendapatkan
atau menggunakan tindakan yang bertentangan dengan kelompoknya. Berdasarkan
pengertian ini, maka suatu konflik akan muncul apabila terjadi perbedaan
kepentingan antar kelompok atau kepentingan suatu kelompok dihambat oleh kelompok
lainnya.
Dari
beberapa definisi konflik yang diungkapkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa konflik adalah
proses yang dinamis dan keberadaannya lebih banyak menyangkut persepsi dan
orang atau pihak yang merasakan dan mengalaminya. Jika suatu keadaan tidak
dirasakan sebagai konflik, maka pada dasarnya konflik tersebut tidak ada dan
begitupun sebaliknya.
Konflik merupakan bentuk interaksi antar kelompok yang
berbeda dalam berbeada kepentingan, persepsi, dan preferensi. Konflik
melibatkan interaksi permusuhan mulai dari yangbersifat lembut sampai bersifat
perkelahian. Dinamika konflik yang meningkat memberikan dampak di dalam
kelompok dan antar kelompok yang terlibat. Konflik dengan kelompok akan
cenderung akan meningkatkan kreativitasnya dan kecocokan terhadap norma
kelompok.
2.1.2 Pandangan Mengenai Konflik
Ada tiga pandangan mengenai konflik, yaitu :
1. Pandangan Tradisional
Pandangan
tradisional menyatakan bahwa konflik harus dihindari karena akan menimbulkan
kerugian. Aliran ini memandang konflik sebagai sesuatu hal yang buruk, tidak
menguntungkan dan juga selalu merugikan organisasi. Oleh karena itu, konflik
ini harus dicegah dan juga dihindari sebisa mungkin dengan mencari akan
permasalahannya.
2. Pandangan Hubungan Kemanusiaan
Pandangan
aliran behavioral ini menyatakan bahwa konflik merupakan sesuatu yang wajar,
alamiah dan tidak dapat dihindarkan dalam setiap kelompok manusia. Konflik ini
sebenarnya tidak selalu buruk karena memiliki potensi kekuatan yang positif di
dalam menentukan kinerja kelompok. Konflik tidak selamanya hanya merugikan,
bahkan bisa menguntungkan, yang oleh karena itu konflik harus dikelola dengan
baik.
3. Pandangan Interaksionis
Pandangan
ini menyatakan bahwa konflik bukan sekedar sesuatu kekuatan positif dalam suatu
kelompok, namun juga mutlak diperlukan untuk suatu kelompok agar dapat
berkinerja secara positif. Oleh karena itu konflik harus diciptakan. Pandangan
ini berdasarkan pada keyakinan bahwa organisasi yang tenang, damai dan harmonis
ini justru akan membuat organisasi itu menjadi statis, stagnan dan juga tidak
inovatif. Dampaknya yaitu pada kinerja organisasi menjadi lemah.
Kemungkinan
timbulnya konflik sangat besar sekali dalam kerangka keorganisasian. Tetapi
harus diingat bahwa berbeda dengan pandangan pada masa lampau, kini pandangan
orang tentang konflik adalah bagaimana ia tidak selalu menimbulkan dampak
negative tetapi tidak jarang juga konflik dapat menimbulkan dampak yang positif
bagi para pelakunya. Adakalnya pihak manajemen perlu menciptakan konflik antara
para karyawannya dalam rangka menimbulkan persaingan antara mereka yang
merangsang untuk meraih prestasi lebih baik dibandingkan dengan masa
sebelumnya.tentu maksud konflik disini ialah konflik yang masih dapat ditangani
dan yang tidak menjadi liar tanpa kendali.
Konflik
dapat dijadikan sebagai suatu kekuatan positif, dimana cara untuk menyelesaikan
atau mengatasi konflik ini sendiri menyebabkan orang harus mencari jalan untuk
mengubah cara-cara yang berlaku dalam menjalankan tugasnya dalam suatu organisasi.
Jadi, proses penyelasaian konflik dapat merangang timbulnya perubahan positif
didalam organisasi yang bersangkutan. Disamping itu, upaya untuk mencari cara
penyelesaian konflik dilakukan bukan saja membuahkan inovasi dan perubahan,
melainkan dapat menyebabkan perubahan yang lebih dapat diterima atau
diinginkan. Persaingan yang menyebabkan timbulnya konflik dapat juga
menimbulkan efek menguntungkan, dimana para karyawan yang mengalami suatu
suasana kompetitif antara para sesama pekerja yang berhubungan dengan kinerja
atau peforma sehingga dapat memotivasi untuk mencurahkan upaya lebih intensif
guna menenangkan pesaingnya. Bukti empiric yang diperoleh melalui riset di luar
negeri menunjukkan bahwa persaingan menyebabkan meningkatnya produk yang
diproduksi per periode waktu. Apabila tujuan utama suatu organisasi adalah
menghasilkan sejumlah besar keuntungan, maka disarankan untuk menciptakan suatu
suasana yang kompetitif. Sebagai contoh, memberikan reward atau bonus kepada
karyawan yang bisa menghasilkan tingkat keuntungan produksi yang lebih banyak.
Konflik
sebagai suatu kesatuan negative, dimana ini merupakan salah satu problema serius
yang di hadapi yaitu kecenderungan konflik untuk menyebabkan terpencarnya upaya
untuk mencapaii tujuan organisasi. Sumber daya organisasi yang ada tidak di
gunakan untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi melainkan habis digunakan
untuk menyelasaikan konflik yang ada. Waktu dan uang merupakan sumber daya
organisasi yang sangat pentingd dan kerap kali digunakan untuk menyelesaikan
konflik. Konflik sendiri dapat menimbulkan gangguan psikologis pada para
karyawan. Dalam jangka waktu yang lama, kondisi konflik juga dapat menyebabkan
timbulnya kesulitan untuk mencapai hubungan yang saling membantu dan saling
mempercayai. Akhirnya keberadaan konflik dalam persaingan membutuhkan adanya
interaksi antara pihak-pihak yang terlibat agar
dampak negative tersebut dapat dikurangi atau bahkan di hilangkan.
Konflik
organisasi (Organizational conflik) adalah ketidaksesuaian antara dua atau
lebih anggota-anggota atau kelompok organisasi yang harus membagi sumber daya
yang terbatas atau kegiatan- kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa
mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi. Konflik
organisasi juga dapat diartikan sebagai perilaku anggota organisasi yang
dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota yang lain. Pada dasarnya proses
konflik bermula pada saat satu pihak dibuat tidak senang oleh, atau akan
berbuat tidak menyenangkan kepada pihak lain mengenai suatu hal yang oleh pihak
pertama dianggap penting. Perbedaan konflik dan persaingan (kompetisi) terletak
pada apakah salah satu pihak mampu untuk menjaga dirinya dari gangguan pihak
lain dalam pencapaian tujuannya. Persaingan ada, bila tujuan pihak- pihak yang terlibat
adalah tidak sesuai tetapi pihak- pihak tersebut tidak dapat saling mengganggu.
Sebagai contoh, dua kelompok mungkin saling bersaing untuk memenuhi target,
bila tidak ada kesempatan untuk mengganggu pencapaian tujuan pihak lain,
situasi persaingan terjadi, tetapi bila ada kesempatan untuk mengganggu dan
kesempatan tersebut digunakan, maka akan timbul konflik.
Kerjasama
(kooperasi) terjadi bila dua pihak atau lebih bekerja bersama untuk mencapai
tujuan bersama. Konflik dan kooperasi dapat terjadi bersamaan. Lawan kata
kooperasi bukan konflik, tetapi kurangnya kooperasi (kerjasama). Sebagai
contoh, dua pihak setuju pada tujuan,tetapi tidak setuju dengan cara pencapaian
tujuan tersebut. Manajemen konflik berarti bahwa para manajer harus berusaha menemukan
cara untuk menyeimbangkan konflik dan kooperasi.
2.1.3
Sumber- Sumber konflik
Menurut Robbins (1996), konflik muncul karena ada kondisi
yang melatar - belakanginya (antecedent conditions). Kondisi tersebut,
yang disebut juga sebagai sumber terjadinya konflik, terdiri dari tiga
ketegori, yaitu: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi.
1.
Komunikasi
Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang
menimbulkan kesalah - pahaman antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi
sumber konflik. Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan semantik,
pertukaran informasi yang tidak cukup, dan gangguan dalam saluran komunikasi
merupakan penghalang terhadap komunikasi dan menjadi kondisi anteseden untuk
terciptanya konflik.
2.
Struktur
Istilah struktur
dalam konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup: ukuran (kelompok),
derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan
jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan
kelompok, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antara
kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa ukuran kelompok dan derajat spesialisasi
merupakan variabel yang mendorong terjadinya konflik. Makin besar kelompok, dan
makin terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan
terjadinya konflik.
3.
Variabel Pribadi
Sumber konflik
lainnya yang potensial adalah faktor pribadi, yang meliputi: sistem nilai yang
dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang menyebabkan
individu memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan individu
yang lain. Kenyataan menunjukkan bahwa tipe kepribadian tertentu, misalnya,
individu yang sangat otoriter, dogmatik, dan menghargai rendah orang lain,
merupakan sumber konflik yang potensial. Jika salah satu dari kondisi tersebut
terjadi dalam kelompok, dan para karyawan menyadari akan hal tersebut, maka
muncullah persepsi bahwa di dalam kelompok terjadi konflik. Keadaan ini disebut
dengan konflik yang dipersepsikan (perceived conflict). Kemudian jika
individu terlibat secara emosional, dan mereka merasa cemas, tegang, frustrasi,
atau muncul sikap bermusuhan, maka konflik berubah menjadi konflik yang
dirasakan (felt conflict). Selanjutnya, konflik yang telah disadari dan
dirasakan keberadaannya itu akan berubah menjadi konflik yang nyata, jika
pihak-pihak yang terlibat mewujudkannya dalam bentuk perilaku. Misalnya,
serangan secara verbal, ancaman terhadap pihak lain, serangan fisik, huru-hara,
pemogokan, dan sebagainya.
Selain itu, juga ada beberapa factor lain yang dapat
menyebabkan konflik, yaitu:
1.
Kelangkaan sumber
daya dan dana yang langka. Hal ini karena suatu individu atau organisasi yang
memiliki sumber daya dan dana yang terbatas.
2.
Saling ketergantungan pekerjaan.
3.
Ketergantungan pekerjaan satu arah. Berbeda
dengan sebelumnya, ketergantungan pekerjaan satu arah berarti bahwa
keseimbangan kekuasaan telah bergeser, konflik pasti lebih tinggi karena unit
yang dominan mempunyai dorongan yang sedikit saja untuk bekerja sama dengan
unit yang berada di bawahnya.
4.
Ketidakjelasan
tanggung jawab atau yurisdiksi. Dalam hal tertentu, pada dasarnya orang memang
tidak ingin bertanggung jawab, terlebih mengenai hal- hal yang berakibat tidak
atau kurang menguntungkan. Apabila hal ini menyangkut beberapa pihak dan
masing- masing tidak mau bertanggung jawab maka kejadian seperti ini dapat
menimbulkan konflik.
5.
Ketidakterbukaan
terhadap satu sama lain.
6.
Ketidaksalingpercaya antara satu orang dengan
orang lain dalam organisasi.
7.
Ketidakjelasan pola pengambilan keputusan,
pola pendelegasian wewenang, mekanisme kerja dan pembagian tugas.
8.
Kelompok pimpinan
tidak responsitif terhadap kebutuhan dan aspirasi para bawahannya.
9.
Adanya asumsi
bahwa dalam organisasi terdapat berbagai kepentingan yang diperkirakan tidak
dapat atau sulit diserasikan.
2.2 Jenis-Jenis Konflik
Terdapat berbagai
macam jenis konflik, tergantung pada dasar yang digunakan untuk membuat
klasifikasi. Ada yang membagi konflik atas dasar fungsinya, ada pembagian atas
dasar pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, dan sebagainya.
a.
Konflik Dilihat dari Fungsi
Berdasarkan
fungsinya, Robbins (1996:430) membagi konflik menjadi dua macam, yaitu: konflik
fungsional (Functional Conflict) dan konflik disfungsional (Dysfunctional
Conflict). Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian
tujuan kelompok, dan memperbaiki kinerja kelompok. Sedangkan konflik
disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok.
Menurut Robbins, batas yang menentukan apakah suatu
konflik fungsional atau disfungsional sering tidak tegas (kabur). Suatu konflik
mungkin fungsional bagi suatu kelompok, tetapi tidak fungsional bagi kelompok
yang lain. Begitu pula, konflik dapat fungsional pada waktu tertentu, tetapi
tidak fungsional di waktu yang lain. Kriteria yang membedakan apakah suatu
konflik fungsional atau disfungsional adalah dampak konflik tersebut terhadap
kinerja kelompok, bukan pada kinerja individu. Jika konflik tersebut dapat
meningkatkan kinerja kelompok, walaupun kurang memuaskan bagi individu, maka konflik
tersebutdikatakan fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik tersebut hanya
memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka konflik
tersebut disfungsional.
b. Konflik Dilihat dari Pihak yang Terlibat di Dalamnya
Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di
dalam konflik, Stoner dan Freeman (1989:393) membagi konflik menjadi enam
macam, yaitu:
1.
Konflik dalam diri individu (conflict within the
individual). Konflik ini terjadi jika seseorang harus
memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang
melebihi batas kemampuannya.
2.
Konflik antar-individu
(conflict among individuals). Terjadi karena perbedaan kepribadian (personality
differences) antara individu yang satu dengan individu yang lain.
3.
Konflik antara
individu dan kelompok (conflict among individuals and groups). Terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri dengan
norma - norma kelompok tempat ia bekerja.
4.
Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflict
among groups in the same organization). Konflik ini terjadi karena masing -
masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing berupaya untuk
mencapainya.
5.
Konflik antar organisasi (conflict among
organizations). Konflik ini terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh
organisasi menimbulkan dampak negatif bagi organisasi lainnya. Misalnya, dalam
perebutan sumberdaya yang sama.
6.
Konflik antar individu
dalam organisasi yang berbeda (conflict among individuals in different
organizations). Konflik ini terjadi sebagai akibat sikap atau perilaku dari
anggota suatu organisasi yang berdampak negatif bagi anggota organisasi yang
lain. Misalnya, seorang manajer public relations yang
menyatakan keberatan atas pemberitaan yang dilansir seorang jurnalis.
c.
Konflik Dilihat dari Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi
Winardi
(1992:174) membagi konflik menjadi empat macam, dilihat dari posisi seseorang
dalam struktur organisasi. Keempat jenis konflik tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara
karyawan yang memiliki kedudukan yang tidak sama dalam organisasi. Misalnya,
antara atasan dan bawahan.
2. Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjandi antara
mereka yang memiliki kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi.
Misalnya, konflik antar karyawan, atau antar departemen yang setingkat.
3. Konflik
garis-staf, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya
memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai
penasehat dalam organisasi.
4. Konflik peran, yaitu konflik yang terjadi karena
seseorang mengemban lebih dari satu peran yang saling bertentangan.
Di samping klasifikasi tersebut di atas,
ada juga klasifikasi lain mengenai konflik, seperti
Jenis Jenis
konflik ditinjau dari jenisnya, yaitu :
1.
Konflik Konstruktif
Pengertian
Konflik konstruktif adalah konflik yang memiliki nilai positif bagi pengembangan organisasi.
2.
Konflik Destruktif
Pengertian
Konflik Destruktif ialah konflik yang berdampak negatif bagi pengembangan organisasi.
Selanjutnya, jenis Jenis Konflik
dari segi instansionalnya, seperti :
1.
Konflik kebutuhan individu dengan peran yang dimainkan dalam
organisasinya. Tidak jarang kebutuhan dan keinginan karyawan bertentangan atau
tidak sejalan dengan kebutuhan dan kepentingan organisasi. Hal ini dapat
memunculkan konflik.
2.
Konflik peranan dengan peranan. Setiap karyawan dari
organisasi memiliki peran yang berbeda-beda dan ada kalanya perbedaan peran
tiap individu tersebut memunculkan konflik karena setiap individu berusaha
untuk memainkan peran tersebut dengan sebaik-baiknya.
3.
Konflik individu dengan individu lainnya. Konflik ini
seringkali muncul apabila seorang individu berinteraksi dengan individu lain,
disebabkan oleh latarbelakang, pola tindak, pola pikir, kepribadian, persepsi,
minat dan sejumlah karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Jenis Jenis Konflik ditinjau dari segi materi
atau masalah yang menjadi sumber konflik, yaitu :
1.
Konflik tujuan. Adanya perbedaan tujuan antarindividu,
kelompok maupun organisasi bisa memunculkan konflik.
2.
Konflik peranan. Setiap manusia memiliki peran lebih dari
satu. Peran yang dimainkan dengan jumlah yang banyak tersebut, seringkali
memunculkan konflik.
3.
Konflik nilai. Nilai yang dianut seseorang seringkali tidak
sejalan dengan sistem nilai yang diatur oleh organisasi atau kelompok. Hal ini
dapat berpotensi untuk memunculkan konflik.
4.
Konflik kebijakan. Konflik ini muncul karena seorang individu
atau kelompok tidak sependapat dengan kebijakan yang ditetapkan organisasi.
Jenis Jenis Konflik menurut
Mastenbroek ada 4, yaitu :
1.
Instrumental Conflicts
Konflik ini
terjadi oleh karena ketidaksepahaman antarkomponen dalam organisasi dan proses
pengoperasiannya.
2.
Socio-emotional Conflicts
Konflik ini
berkaitan dengan masalah identitas, kandungan emosi, citra diri, prasangka,
kepercayaan, keterikatan, identifikasi terhadap kelompok, lembaga dan
lambang-lambang tertentu, sistem nilai dan reaksi individu dengan yang lainnya.
3.
Negotiating Conflicts
Konflik
negosiasi adalah ketegangan-ketegangan yang dirasakan pada waktu proses negosiasi
terjadi, baik antara individu dengan individu atau kelompok dengan kelompok.
4.
Power and Dependency Conflicts
Konflik
kekuasaan dan ketergantungan berkaitan dengan persaingan dalam organisasi.
Contoh : pengamanan dan penguatan kedudukan yang strategis.
2.3 Konflik Intraindividu
Model konflik intraindividu lebih makro dirangkum
dalam secara singkat pada gambar 12.3
Konflik
|
Mikro
GAMBAR 12.3 Tingkat Konflik Dalam Perilaku Organisasi
2.3.1 Bentuk bentuk konflik intrindividu
1.
Konflik akibat
frustasi
Frustasi terjadi saat dorongan yang termotivasi
terhalang sebelum orang mencapai tujuan yang diinginkan. gambar 12.4 mengilustrasikan apa yang terjadi. Rintangan dapat kelihatan
dari luar (lahiriah atau fisik) atau tersembunyi (batiniah, atau mental
sosiopsikologis). Model frustasi menjadi berguna bukan hanya dalam analisis
perilaku secara umum, tetapi juga aspek perilaku pada pekerjaan secara khusus.
Pencuri properti perusahaan dan kekerasan dalam pekerjaan mungkin merupakan
bentuk hasil agresivitas frustasi kerja. Misalnya, sebuah artikel ringkas
mengenai kekerasan di tempat kerja menyatakan bahwa belakangan ini lebih dari
ribuan orang amerika terbunuh saat bekerja. Meskipun mayoritas kematian bukan
karena kecelakaan kerja, namun pembunuhan masih dianggap sebagai penyebab kedua
kematian bukan karena ditempat kerja( selain kecelakaan lalu lintas).
Pembunuhan juga merupakan penyebab kematian perempuan ditempat kerja, bahkan
katagori ini adalah pembunuhan yang berkembang paling ceat di amerika serikat.
Kepedulian
dan penelitian mengenai agresi dan kekerasan ditempat kerja kian meningkat.
Meskipun insiden agresi tempat kerja merupakan reaksi terhadap frustasi
terhadap bukti penelitian bahwa perbedaan individu (misalnya, sifat marah, gaya
atribusi,afektivitas negatif, siakp balas dendam, kontrol dri, dan penjelasan
buday agresif sebelumnya) sangat mempengaruhi agresi tempat kerja. Bentuk
agresi mungkin tergantung pada persepsi keadialan organisasi (misalnya,
pertimbangan kejujuran). Terdapat studi terbaru yang menyatakan bahwa tingkat
kekerasan dalam komunitas tempat kerja memperdiksikam sejumlah agresi yang
dilaporkan ditempat kerja tersebut. Mengimplementasikan kebijakan pencegahan
kekerasan dan menyediakan pelatihan bagi penyelia dan karyawan mengenai
kesadaran pencengahan kekerasan tampaknya menurunkan tingkat kekerasan
antarkaryawan.
Selain
agresi dan kekerasan, reaksi penarikan diri karena frustasi mungkin menjadi
penjelasan utama atas “masalah motivasu” karyawan. Mereka menjadi apatis atau “pensiun dari pekerjaan” karena frustasi,
bukan karena tidak mempunyai motivasi. Banyak motif karyawan terhalangi oleh
pekerjaan yang tidak berkembang, tingkat spesialisasi kerja yang tinggi, atau
rintangan dari penyelia. Sama halnya dengan agresi, terdapat bukti penelitian
bahwa variabel kepribadian memengaruhi sikap dan jenis perilaku menarik diri
yang ditunjukkan karyawan. Reaksi fiksasi terhadap frustasi digunakan untuk
menjelaskan perilaku birokrasi yang tidak rasional. (aturan menjadi bumerang
bagi diri sendiri, dan karyawan yang frustasi secara apatis menyesauikan diri
dengan rintangan). Kompromi dapat membantu menjelaskan perubahan karier
(krwayan yang frustasi melewati rintangan) atau “kehidupan diluar pekerjaan”
(karyawan yang frustasi tidak dapat mencapai tujuan pada pekerjaan, jadi mereka
mencari kepuasan diluar pekerjaan). Reaksi terhadap frustasi ini merugikan
organisasi karena disfungsi yagn berhubungan dengan agresi, penarikan diri, dan
fiksasi. Dalam kasus kompromi, motivasi karyawan muncul diluar organisasi.
Meskipun sejauh ini pembahasan yang mengindikasikan sifat disfungsi frustasi,
hal negatif tersebut sebaiknya tidak diasumsikan secara otomatis.
Dalam
beberapa kasus, frustasi mungkin menghasilkan dampak positif terhadap kinerja
individu dalam tujuan organisasi. Contohnya adalah karyawan atau manajer yang
mempunyai kompetensi dan prestasi yang tinggi dan atau yang mempunyai efikasi
diri yang tinggi dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Orang dengan sifat
tersebut, jika mengahadapi frustasi pekerjaan, akan bereaksi dengan sifat
defensive, tetapi frustasi dapat meningkatkan kinerja. Orang mungkin mencoba
lebih keras untuk mengatasi rintangan atau mengimbangi, atau mencari arah atau
tujuan baru yang lebih sesuai dengan tujuan organisasi.
Sekali
lagi, perlu diingat bahwa mekanisme pertahanan tidak buruk bagi individu,
mekanisme tersebut memainkan peranan penting dalam proses penyesuaian
fisikologis dan menjadi tidak sehat hanya saat mekanisme tersebut menominasi
kepribadian individu. Orang yang berhasil mengatasi irustrasi dimasa lalu
dengan belajar mengatasi rintangan atau menetapkan tujuan pengganti, lebih
toleran terhadap frustasi dibanding orang yang tidka pernah mengalaminya sama
sekali, atau dibanding orang yang
mengalami frustasi yang berlebihan. Secara umum, tujuan utama manajemen
sebaiknya adalah menghilangkan rintangan ( khayalan, kenyataan, atau potensi)
yang membuat karyawan menjadi frustasi. Tujuan tersebut dicapai dengan usaha
mendesain ulang pekerjaan yang lebih sesuai dengan motivasi karyawan atau
dengan keterampilan kepemimpinan yang menyengkirkan berbagai rintangan yang
membuat frustasi.
2.
Konflik tujuan
Sumber
konflik lainnya adalah tujuan yang mempunyai fitur positif dan negatif, atau
dua tujuan atau lebih yang saling bersaing. Motif frustasi terhalang sebelum
tujuan dicapai, sedangkan dalam konflik tujuan, dua motif tujuan atau lebih
saling menghalangi. Untuk kemudahan analisi, tiga jenis konflik tujuan berikut
ini dijelaskan secara umum :
a.
Konflik
pendekatan, seseorang dimotivasi untuk mendekati dua tujuan positif atau lebih,
terutama tujuan ekslusif.
b.
Konflik pendekatan-penghindaran, seseorang
dimotivasi untuk mendekati tujuan, pada saat bersama juga dimotivasi untuk
menghindarinya. Tujuan tunggal berisi karakteristik positif dan negatif bagi
individu.
c.
Konflik
penghindaran-penghindaran, seseorang dimtivasi untuk menghindari dua tujuan
negatif atau lebih, terutama tujuan ekslusif.
Untuk
membedakan tingkatannya, setiap bentuk konflik tujuan muncul pada organisasi
modern, tetapi pendekatan-penghindaran adalah yang paling relevan dengan
analisis konflik.
Konflik
pendekatan-penghindaran berasal dari tujuan oraganisasi yang mempunyai asfek
positif dan negatif bagi anggota organisasi. Penelitian dasar fisikologi
menyatakan bahwa aspek positif tujuan organisasi lebih kuat dan lebih menonjol
dalam jarak ruang dan waktu saripada aspek negatif. Sebaliknya saat orang
semakin dekat dengan tujuan, aspek negatif muncul kembali dan individu mungkin
ragu atau gagal untuk maju dimana pendekatan sama dengan penghindaran.
Misalnya, menajer yang terlibat dalam perencanaan jangka panjang biasanya
sangat yakin dengan tujuan (rencana strategi) yang telah meeka kembangkan untuk
masa mendatang. Tetapi, saat semakin banyak kesempatan untuk mengsungsikan
sumber daya dan mengimplementasikan rencana, konsekuensi negatif sepertinya muncul
lebih besar daripada ada saat langkah perkembangan rencana. Menajer yang berada
pada situasi tersebut mungkin mencapai titik dimana pendekatan sama dengan
penghindaran. Hasilnya adalah terjadi konflik internal dan mengakibatkan
kebimbangan, reaksi fisik atau bahwkan depresi.
Konflik
pendekatan penghindaran dan akibatnya adalah hal yang biasa dirasakan pebuat
keputusan dan orang yang bertanggungjawab dalam organisasi yang dideskripsikan
pada bagian pegantar. Seperti dibahas dalam majalah fortune “bagi yang
bertahan, revolusi akan terasa menakutkan, merasa bersalah, menyakitkan,
membebaskan, kehilangan orientasi, mengembirakan, memberikan wewenang,
frustasi, menyelesaikan, membingungkan, menantang.” Dengan kata lain, seperti diindikasi oleh
istilah tersebut, banyak menejer merasakan campur aduk atau reaksi pendekatan
penghindaran. Contoh aplikasi : mengatasi konflik tujuan memberikan beberapa
contoh nyata.
Contoh aplikasi
Ø Mengatasi konflik tujuan
Bagaimana
manajer dapat mengatasi konflik tujuan? Salah satunya adalah dengan menyadari
bahwa konflik ada dalam setiap organisasi dan tidak dapat dihindari. Misalnya,
banyak pakar manajemen berpendapat bahwa untuk membawa perubahan, eksekutif
puncak harus terdepan dalam menyatukan individu dan menunjukkan bahwa mereka
mendukung perubahan. Disis lain, pakar manajemen juga menunjukkan bahwa
perubahan harus mempunyai kader pemimpin ada tingkat menegah dan rendah yang
membawa bendera perubahan. Jadi, apa yang dilakukan manajer adalah : berada
didepan atau mendorong karyawan untuk menerima tanggungjawab ini? Dua
pendekatan tersebut tampaknya saling bertentangan.
Organisasi
menuntu manajer untuk bertindak secara independen dan memberi inisiatif
personal dan tanggungjawab kepada unit. Akan tetapi, saat menajer memulai
tindakan yang meningkatkan aktifitas unit manajer pertama sering dipanggil
untuk mempertimbangkan dan didorong untuk “ menjadi anggotan yang lebih
kooperatif”.
Konflik
lain adalah pertumbuhan pendapatan versus pengendalian biaya. Jika manajer
menghabiskan waktu mereka untuk mengembangkan bisnis, maka mereka mengahadapi
kritik karena tidak mengendalikan biaya.
Jika mereka fokus kepada pengendalian pengeluaran, mereka ditanya mengapa
mereka tidak meningkatkan pendapatan.
Apa
yang dapat dilakukan manajer untuk mengatasi konflik tersebut? Salah satunya
adalah dengan menyadari bahwa konflik sering menjadi dilema utama: pemberdayaan
versus penyetaraan. Manajer yang sukses mengekplorasi pendekatan dan
menyeimbangkan penekanan mereka. Misalnya, digeneral motor, terjadi konflik
lama mancapai biaya perunit yang rendah melalui ekonomi skala(perubahan skala
besar) dan merespon pelanggan dengan mengurangi waktu tiba dipasar. Di IBM,
terjadi konflik antara mengembangkan bisnis (mengembangkan pendapatan) dan meningkatkan
keuntungan (menurunkan biaya). Di Mercedes, terjadi perselisihan antar kelompok
dalam perusahaan yang ingin mendesai dan membuat mobil berkualitas (insyur)
serta orang yang berpendapat bahwa banyak orang tidak ingin membayar premi
untuk mobil karena mereka tidak ingin dan tidak menghargai inovasi
tersebut(pasar). Manajer yang sukses biasanya adalah orang yang paling dapat
menyeimbangkan tuntutan yang berkonflik tanpa kehilangan tujuan perusahaan
melalui manajemen konflik yang efektif, usaha dari sebauh masalah dapat
diarahkan kepada tujuan umum yang diharapkan akan berguna, baik bagi orang yang
terlibat maupun bagi seluruh organisasi.
3.
Konflik peran dan
ambiguitas
Berhubungan
dengan konsep norma (perlaku wajib)peranan didefinisikan sebagai posisi yang
mempunyai harapan yang berkembang dari norma yang ditetapkan. Orang yang hidup
dalam masyarakat kontemporer melakukan serangkaian peran sepanjang hidupnya.
Urutan peranan sosial adalah anak kecil, anak laki-laki ata peempuan, remaja,
mahasiswa, kekasih, pasangan hidup , orang tua, dan kakek atau nenek. Setiap
peranan mempunyai harapan yang dilakukan seperti sebuah peran dalam drama.
Selain
berkembang melalui serangkaian peran
seperti disebutkan diatas, orang dewasa dalam masyarakat modern menempati
berbagai peran pada waktu yang sama. Tidaklah umum bagi pria dewasa kelas
menegah untuk secara serempak memainkan peran suami, ayah, pencari nafkah, anak
(bagi orangtuanya), pekerja atau manajer, mahasiswa (kuliah malam), pelatih tim
bisbol little league, anggota gereja, anggota klub sosial, mitra bermain kartu
, anggota klub poker, kelopok pegawai komonitas, dan para pemain golf pada
akhir pekan. Tentu saja perempuan mempunyai peran yang menimbulkan konflik.
Meskipun semua peranan yang dimiliki pria dan perempuan dalam ornagisasi
relevan dengan perilaku mereka , tetapi dalam studi perilaku organisasi, peran
organisasi adalah yang paling penting. Peran seperti operator peraltan digital,
pramuniaga, pemimpin tim, sales, insiyur, analisi sistem, kepala departemen,
wakil presiden, dan pemimpin direksi sering mempunyai tuntutan dan harapan yang
saling berkonflik. Terdapat bukti penelitian bahwa konflik tersebut dapat
mempunyai dampak negatif pada keberhasilan dan kinerja yang dipegaruhi
perbedaan budaya. Sebagai contoh, dalam studi kasus mengenai CEO dalam joint
venture internasional, ditemukan bahwa konflik peran lebih rendah saat mitra
asing dominan dalam usaha, tetapi menjadi lebih tinggi saat orang local menjadi
dominan. Konflik peran berhubungan dengan budya secara terbalik.
Terdapat
tiga jenis konflik peran. Jenis pertama adalah konflik antar orang dan peran.
Mungkin terdapat konflik antar kepribadian orang dan harapan peran. Misalnya,
karyawan produksi dan angota serikat ditunjuk untuk memimpin tim produksi baru.
Pemimpin tim baru ini tidak ingin terlalu mengawasi karyawan dengan dekat, dan
hal tersebut bertentangan dengan kepribadiannya yang keras, tetapi itulah yang
diharakan kepala produksi. Jenis yang kedua adalah konflik anatrperan yang
dihasilkan oleh harapan yang berlawanan mengenai bagaimana memainkan peran .
apakh pemimpin tim perlu menjadi otokrat atau demokrat dalam mengahdapi anggota
tim? Akhirnya, konflik antar peran muncul dari persyaratan yang berbeda antara
dua peran atau lebih yang harus diaminkan dalam waktu bersamaan. Peran kerja
dan tidak kerja sering menjadi konflik. Misalnya, eksekutif sukses yang
berkerja pada perusahaan komputer mengatakan bahwa dia bekerja dari pukul 7.30
pagi sampai pukul 11.30 malam. jam kerjanya yang panjang menyebabkan
perceraian. Saat dia mendegar bahwa ibunya sakit parah, dia ingat “ saya
mempunyai waktu satu menit untuk bersedih sebelum telepon mulai berdering lagi.
Anda terjerumus begitu jauh dalam perkerjaan dan anda bahkan tidak menyadari
bahwa hidup anda telah terampas sepenuhnya dari anda.”
Pemimpin
tim produksi dan eksekutif yang sedang menanjak kariernya secara jelas
merepresentasikan kasus konflik peran organisasi. Tetapi, tergantung pada
individu dan situasi, orang dalam setiap posisi dalam organisasi modern juga
mengalami salah satu dari tiga jenis konflik tersebut. Staf insinyur tidak
yakin otoritas nyata mereka. Pegawai digarda depan tidak tau apakah mereka
harus merespon dorongan organisasi serikat atau tidak. Contoh-contoh seperti
itu tidak akan ada habisnya. Pertanyaannya bukan apakah ada konflik atau
ambiguitas peran—karena hal tersebut memang ada, dan sepertinya tidak dapat
dielakkan. Akan teapi, pertanyaan kuncinya adalah bagaimana memecahkan atau
mengelola konflik peran.
2.4 Konflik Antarpribadi
Orang yang mempunyai konflik antarpribadi sering
menghubungkan penyebab konflik ke masalah kepribadian atau kesalahan pihak
lain. Misalnya, penelitian dari teori atribusi yang disebut eror atribusi
fundamental, menyatakan bahwa orang menghubungkan perilaku seseorang dengan
factor personal seperti intelegensi, kemampuam, motivasi, sikap, atau
kepribadian. Akan tetapi, whetten dan Cameron menjelaskan lebih lanjut dan mengajukan
empat sumber konflik antarpribadi. Keempat sumber konflik tersebut adalah :
1.
Perbedaan
personal
Setiap
orang mempunyai latar belakang yang unik dikarenakan proses pertumbuhan,
tradisi keluarga dan budaya, dan proses sosialisasi. Karena tidak ada seorang
pun yang mempunyai latar belakang keluarga, pendidikan, dan nilai yang sama,
perbedaan dapat menjadi sumber utama dari konflik. Perselisihan yang berakar
dari perbedaan “ sering meningkatkan emosi dan menambah implikasi moral.
Perselisihan mengenai siapa yang benar berubah menjadi argument pahit mengenai
siapa yang lebih bermoral.
2.
Difisiensi
informasi
Sumber konflik muncul dari kegagalan
komunikasi dalam organisasi. Dua orang yang berkonflik mungkin menggunakan
informasi yang berbeda atau salah satu dari mereka salah informasi. Beda halnya
dengan perbedaan personal, sumber konflik ini tidak dinilai secara emosi dan
sekali dibenarkan,maka terdapat sedikit kebencian.
3.
Ketidaksesuaian
peran
Jenis konflik antarpribadi ini berasal
dari konflik intraindividu dan konflik antarkelompok. Secara khusus, dalam
organisasi horizontal, manajer mempunyai fungsi dan tugas yang sangat saling
tergantung. Akan tetapi, peran individu dari manajer tersebut mungkin tidak
sesuai. Misalnya, manajer produksi dan manajer penjualan mempunyai fungsi
saling tergantung, yakni bahwa mereka saling mendukung. Akan tetapi, peran
manajer produksi adalah memotong biaya dan mempertahankan inventori yang
rendah. Sebaliknya, manajer penjualan mungkin membuat janji kepada pelanggann
yang tidak sesuai dengan tingkat inventori rendah yag dipertahankan o;eh bagian
produksi. Konflik yang munvul dari ketidaksesuaian peran an ini mungkin harus
dipecahkan oleh manajemen lebih tingi atau pengembangan system melalui
teknologi informasi canggih.
4.
Tekanan
lingkungan
Jenis konflik ini dapat diperjelas dengan
lingkungan yang meneka. Dalam lingkungan sumber daya yang langka atau menusut,
terdapat tekanan kompetitif atau ketidakpastian yang tinggi, semua jenis
konflik kemungkinan lebih sering terjadi. Misalnya, saat pembuat makanan
binatag peliharaan mengumumkan bahwa sepertiga manajernya harus mengikuti shift
ketiga yang baru, ketakutan akan terganggunya rutinitas pribadi dan keluarga
mendorong banyak manajer untuk mengirim resume mereka. Selain itu,
ketidakpastian mengenai orang yang harus berkerja pada malam hari begitu besar,
bahkan pekerjaa rutin menajemen pun terganggu oleh kepura-puraan dan perang
dingin.
2.5
Perilaku Dan Konflik Antar Kelompok
Selain konflik antar pribadi (yang mencakup
intrakelompok) selama bertahun-tahun psikolog sosial membahas konflik antar
kelompok. Perilaku antar kelompok secara khusus didentifikasi sebagai berikut:
“perilaku antar kelompok terjadi kapanpun selama individu dalam sebuah kelompok
berinteraksi secara kolektif maupun
secara individu dengan kelompok atu anggota dalam lain dalam konteks
indentifikasi kelompok referensi.
Ada
beberapa kondisi anteseden yang menjelaskan
konflik antar kelompok, yang dapat dirangkum sebagai berikut:
1.
kompetisi untuk
sumber daya. Banyak organisasi mempunyai sumber daya yang sangat terbatas.
2.
kelompok dalam
organisasi bersaing mendapatkan dana anggaran, ruang, suplai, karyawan, dan
pelayanan pendukung.
3.
kesalingketergantungan tugas. Jika kedua
kelompok dalam organisasi saling tergantung satu sama lain dalam dalam cara
masing-masing mendapat keuntungan atau bahkan secara satu arah(seperti dalam
proses teknologi berurutan), anda kecenderungan terjadi komplik daripada jika
kelompok tidak saling tergantung sama lain. Semakin berbeda tujuan, prioritas,
dann karyawan dari kelompok yamg independen(misalnya, penelitian dan produksi),
semakin cenderung terjadi konflik.
4.
ambiguitas
jurisdiksional. Hal ini mungkin mencakup masalah”wilayah kekuasaan” atau
tanggung jawab yang sama. Misalnya, konflik mungkin terjadi pada saat satu kelompok
berusahan memperoleh lebih banyak kontrol atau keuntungan dari aktifitas yang
diinginkan, atau menyerahkan bagian dan tanggung jawab yang tidak diinginkan.
5.
pengejaran
status. Konflik ini terjadi saat satu kelompok berusaha mengikatkan status dan
kelompok lain memandangya sebagai ancaman dalam hirarki status. Status kelompok
mungkin juga merasa diperlakuan tidak dail dibandingkan dengan kelompok lain
dalam hal penghargaan, tugas, kondisi kerja, hak istimewa, atau simbol status.
Departemen sumber daya manusia sering diberlakukan berbeda dalam hak dari
departemen pemasaran, keuangan, dan operasi.
Kelompok
yang berkomflik mempunyai perilaku yang berbeda dari kelompok yang bekerja sama
dengan lancar. Berikut ini adalah contoh nyatanya:
Sebuah
divisi litton industries perlu menginstergasian operasi west dan east coast
untuk memberi spektrum layanan yang lengkap kepada pelanggan. Kelompok weast
cost telah menjalankan call center selama 30 tahun, bekerja keras tetapi tidak
berubah. Operasi east coast bergabung melalui akuisisi dan dikhususkan untuk
konsultasi proses perubahan. Kelompok east coast ini bertindak independen,
mengambil resiko, dan kurang peduli mengenai tradisi dan budaya litton. Konflik
yang terjadi adalah karena tidak adanya komunikasi atau kesatuan arah antara
kedua kelompok. Sabotase tersembunyi antara kedua piha terjadi secara rutin
untuk mengurangi keefektifan pihak lain.
Terdapat bukti penelitian terbaru bahwa kelompok yang
berkonflik berubah secara insternal dalam persepsi antar kelompok mereka, misalnya sebuah studi terhadap 70 tim
manajemen puncak secara internal menemukan bahwa tingkat kepercayaan mengurangi
hubungan antara konflik tugas (persepsi perselisihan mengenai keputusan yang
dibuat kelompok) dan konflik hubungan
(persepsi emosional mengenai ketidaksesuain antar pribadi). Studi lain
menemukan bahwa kohesivitas antar kelompok yang rendah dan hubungan negatif
antar kelompok berhubungan secara signifikan denngan persepsi konflik antar
kelompok yamg lebih tinggi. Secara keseluruhan, banyak ahli menekankan
pentingnya melakukan analisis biaya manfaat disemua tingkat konflik dan
selanjutnya mengatur sistem resolusi perselisihan dan mengatur sistem melalui
teknologi informasi canggih yang menghilangkan konflik yang melekat dalam
desain organisasi tradisional (misalnya, spesialis hierarki dan fungsi).
2.6 Pengaruh
Konflik Individu
Seperti
telah dibahas, konflik tidak secara otomatis buruk bagi karyawan perseorangan
atau kinerja organisasi mereka. Dalam kenyataanya, secara umum diakui bahwa
tingkat konflik yang rendah dapat meningkatkan kinerja.
Pengaruh
disfungsional dari tingkat konflik tinggi perlu diperhatikan dalam masyarakat
kontemporer secara umum dan secara khusus dalam manajemen sumber daya manusia yang
efektif. Masalah tingkat konflik yang tinggi dapat ditunjukan secara fisik,
psikologis, atau perilaku individu.
2.6.1 Masalah Fisik Akibat Konflik
Banyak perhatian dan penelitian dasar selama bertahun
tahun ditujukan pada dampak konflik pada kesehatan fisik. Masalah kesehatan
fisik yang berhubungan dengan konflik adalah sebagai berikut:
1.
masalah sistem
kekebalan tubuh, dimana terdapat pengurangan kemanpuan untuk melawan sakit dan
infeksi
2.
masalah sistem
kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung
3.
masalah sistem
muskoloskleletal( otot dan rangka), seperti sakit kepala dan sakit punggung
4.
masalah sistem
gastrointestinal (perut) seperti diare dan sembelit
Untuk
5.000 orang yang bekerja dipasar saham,
kematian karena serangan jantung adalah 60% lebih tinggi daripada tingkat
nasional untuk pria antara 18 dan 65 tahun, dan termaksuk didalamnya salah satu
karyawan yang menistall defibrilator (digunakan untuk mengembalikan detak
jantung dengan listrik). Bonus adalah sejarah kuno. Siapa saja yang berjuang
dengan perasaan”takut dipecat” rasa bersalah karena selamat dari pemecatan,”
dan stigma baru yang muncul dari kenyataan bahwa orang securities echange
commision,NASD, pengacara berharap menemukan orang yang bersalah. Selanjutnya,
terdapat seribu atau lebih class action yang penyelesaian untuk investor yang
tidak puas.
Jelaslah bahwa penyakit fisik serius dari konflik
mempunyaai pengaruh drastis terhadap individu. Pengaruh yang tidak selalu
tampak, tetapi serius, adalah pengaruh masalah fisik seperti penyakit jantung,
yang dampak berdampak pada organisasi. Secara jelas, tidak semua penyakit
jantung dapat dihubungkan secara langsung dengan konflik; kondisi dukungan dan
keaadan kesehatan, faktor keturunan, dan sejarah medis seseorang juga memberi
konstribusi. Akan tetapi, tampaknya terdapat cukup bukti bahwa komflik dapat
dan benar-benar memberi konstribusi pada penyakit yang menakutkan ini dan
masalah fisik lainnya.
2.6.2 Masalah
Psikologis Akibat Konflik
Meskipun ada banyak perhatian terhadap hubungan antara
kesehatan fisik, terutama dalam komunitas medis, tetapi tidak banyak yang
membahas dampak komflik pada kesehatan mental. Tetapi, paling tidak secara
tidak langsung, dalam kinerja sehari-hari, maslah psikologis yang muncul dari
komflik juga sama pentingya dengan maslah fisik, bahkan mungkin lebih penting.
Tingkat konflik tingi mungkin disertai
dengan kemarahan, kecemasan, depresi, gelisah, cepat marah, tegang, dan bosan.
Akibat konflik dapat mempunyai pengaruh yang hampir
tidak tertera, tetapi sangat nayata pada gaya dan keefektifan manajer dalam
posisi kunci, misalnya, manager yang mengalami konflik mungkin menjadi murung,
dan bawahan mereka tidak berani mengangu managernya, walaupun ada informasi
penting, karena mereka hanya akan “memenggal kepala anda” . Manager tersebut
juga menyadari bahwa saat mereka bersikap seperti itu, mereka merasa bahwa
tidak berlaku seperti yang diharapkan untuk posisi penting mereka dan mengalami
kehilangan penghargaan diri. Dalam keadaan seperti itu, mereka mungkin juga
menunda dan terus menunda sesuatu dan tidak membuat keputusan yang dibutuhkan.
Dan, akhirnya mereka marah kepada pimpinan karena mencoba mengembalikan mereka
kejalur yang tepat dan mulai membenci pekerjaan mereka. Rekan kerja, bawahan,
dan pimpinan mungkin sangat muak dengan manager tersebut dan menggambarkan
perilaku mereka sebagai hasil dari “ kepribadian yang buruk” padahal penyebab
sebenarnya adalah konflik. Jika manager mengalami serangan jantung, setiap
orang akan merasa sedih dan berkata bahwa dia terlalu tertekan, tetapi
kemurungan manager, penghargaan diri yang rendah, ketidakmampuan untuk membuat
keputusan, dan ketidakpuasan pada pimpinan dan pekerjaan menyebabkan orang
marah dan berkata bahwa manager .”tidak baik” atau tidak dapat sejalan dengan orang
lain.” Masalah serangan jantung dan psikologis mungkin penyebabnya adalah sama.
Dan meskipun orang bereaksi secara berbeda, namun pengaruh negatif terhadap
kinerja adalah sama besarnya dengan masalah psikologis, atau bahkan lebih
buruk.
2.6.3 Masalah Perilaku Akibat Konflik
Seperti pada kasus yang dibahas pada buku ini, unit
analisis prilaku mungkin sangat membantu dalam mengatasi pengaruh stress kerja
dan komflik. Perilaku langsung yang menyertai tingkat komflik yang tinggi
mencakup makan sedikit atau makan berlebihan, tidak dapat diatur, meerokok dan
minum keras, 10 persen mengalami masalah minuman keras, dan 6 milyar dossis
amphetamine dan obat tidur dikomsumsi setiap tahunnya. Masalah perilaku
karyawan yang disebabkan alkohol dan obat-obatan menjadi sangat jelas.
Misalnya, sebuah perusahaan mempunayi masalah dengan minuman keras saat bekerja
dan membeli alat pengukur kadar alkohol lewat pernapasan untuk menguji
karyawanya. Kepala serikat buruh dalam pekerjaan ini menyatakan,: ada sejumlah
orang yang masuk kerja sambil mabuk setiap harinya. Meskipun alat itu belom
digunakan, salah seorang karyawan mengatakan, “saya rasa saya akan berhenti
pergi ke bar paada jam makan siang” selain berbahaya, seperti dalam perusahaan
yang menggunakan banyak peralatan berbahaya, masalaah tersebut dapat ditunjukan
melalui kelambatan, ketidakhadiran, dan turnover.
Terdapat bukti penelitian selama bertahun-tahun yang
mengindikasikan hubungan komflik dengan ketidak hadiran dan turnover. Misalnya,
karyawan mungkin mengalami komflik dan bereaksi dengan mabuk dan tidak masuk
kerja pada keesokan harinya karena teralalu banyak minum. Mereka kemudian
merasa bersalah karena mabuk dan merasa mengecewakan setiap orang pada pagi
harinya,” dan akhirnya keluar atau dipecat dari pekerjaan. Sementara ini,
ketidak hadiran meningkat, dan diikuti dengan pergantian karyawan, yang
merugikan perusahaan baik dalam hal menganti karyawan yang absen ataupun
menganti orang yang keluar. Menghindari pekerjaan yang menyebabkan stress atau
keluar dari pekerjaan adalah reaaksi pelarian dari situasi. Sebenarnya hal ini
mungkin reaksi yang lebih shat ketimbang reaksi perselisihan dimana orang tetap
pada pekerjaan yang membuat sress dan menjadi marah atau agresif.
2.7 Strategi Mengatasi Konflik
Sekalipun teori tentang mengatasi konflik sedang
berkembang, namun penelitian dasar tentang peran menunjukan bahwa kepribadian
dan kepercayaan mempunyai peran dalam mengatasi komflik pada organisasi dan
keduanya menjadi pedoman praktis untuk mengubah konflik menjadi keberhasilan.
Contoh aplikasi: perlu waktu untuk mengelola waktu untuk memberikan beberapa
teknik sederhana, seperti manajemen waktu yang dapat mengatasi konflik, dan
terdapat banyak langkah yang dapat digunakan untuk menghindari konflik yang
ditemukan dalam literatur praktisi.
Perilaku interaktif baik pada tingkat antar pribadi
maupun antar kelompok lebih menghasilkan konflik, dan solusinya adalah dengan
mengatasi dan mengelola perilaku tersebut. Sebagai contoh, strategi resolusi
milik konflik menang-menang atau jenis strategi lain seperti penghindaran,
defusi, kepuasan, atau konfrontasi dikenal luas dalam manajemen konflik dan ada
penelitian dasar yang mengindikasikan bagaimana manajemen konflik dapat
mempengaruhi keberhasilan tim virtual global dalam organisasi. Terdapat banyak
buku beriontasi praktik mengenai pemecahan masalah konflik ditempat kerja,
tetapi pendekatan yang lebih akademis berdasarkan penelitian berfokus pada
keahlian negosiasi. Setelah pembahasan strategi individu dan organisasi dalam
mengatasi konflik, selanjutnnya akan dibahas keahlian negosiasi resolusi konflik.
Contoh Aplikasi
Perlu
waktu untuk megelola waktu
Salah
satu penyebab utama stress pada manajer adalah tekanan waktu. Tidak menjadi
masalah berapa cepat manager bekerja dan seberapa banyak waktu yang diberikan,
mereka masih tidak dapat menyelesaikan semua pekerjaan. Salah satu cara yang
paling efektif untuk mengatasi masalah tersebut adalah menggunakan teknik
managemen waktu, saat ini banyak organisasi dari chasse manhattam, exxon sampai
xerox melatih manager mereka untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat.
Beberapa pedoman yang berguna untuk manajemen waktu yang efektif adalah sebagai
berikut:
1.
membuat daftar
“pekerjaan” yang mengidentifikasi semua yang harus dikerjakan selama satu hari.
Hal ini membantu perkembangan kerja yang terarah.
2.
mendelegasikan
pekerjaan minor sebanyak mungkin kepada bawahan.
3.
menentukan kapan
melakukan pekerjaan terbaik pagi atau siang dan menjadwal tugas paling penting
untuk periode waktu tersebut.
4.
mengatur waktu
selama sehari, paling tidak satu jam, saat tidak diizinkan adanya tamu atau
gangguan.
5.
mempunyai
sekretaris yang menyaring semua telepon masuk dan mengalahkanya ke bawahan
karena tidak penting atau tidak memerlukan perhatian pribadi dari anda.
6.
makan siang di
kantor satu atau dua hari dala satu minggu untuk menghemat waktu dan memberi
anda kesempatan untuk menyelesainkan pekerjaan.
7.
mengatur meja
kerja anda dengan membelakangi pintu dan lorong sehingga anda tidak melakukan
kontak mata dengan orang lain yang kemungkinan akan mampir kemeja anda.
8.
membaca sambil
berdiri. Rata-rata, orang membaca dengan lebih cepat dan akurat saat dalam
posisi tidak nyaman.
9.
menelopon antara
pukul 16.30 dan 17.00. orang cenderung berbicara dengan saingkat pada jam-jam
tersebut sehingga mereka dapat pulang cepat.
10. jangan merasa bersalah mengenai hal yang tidak dapat
diselesainkan pada hari ini. Letakkan pekerjaan yang tidak selesai dibagian
paling atas pada daftar” pekerjaan” untuk besok.
2.8
Strategi
Dan Metode Penyelesaian Konflik
2.8.1
strategi penyelesaian konflik
Pendekatan penyelesaian konflik oleh
pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan
tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam
pendekatan penyelesaian konflik ialah:
1.
Menghindar
Menghindari
konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu
penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat
didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak
mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan
diskusi.
2.
Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
3.
Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
4.
Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5.
Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
Mengendalikan
konflik berarti menjaga tingkat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi
sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi
yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka
konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
Ø Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya
dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan
bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
Ø Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari
terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang
sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
Ø Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti :
menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan
semua unit kerja.
Ø Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan
menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab
konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
Ø Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan
melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat keputusan.
Ø Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang
dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan
untuk menyelesaikan perselisihan.
Ø Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit
kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan
berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama
lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
Ø Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara
mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam
menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.
2.8.2
metode penyelesaian konflik
v Ada tiga metode penyelesaian konflik yang sering
digunakan, yaitu dominasi atau penekanan, kompromi, dan pemecahan masalah
integratif.
Dominasi atau penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
Dominasi atau penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1.
Kekerasan
(forcing) yang bersifat penekanan otokratik.
2.
Penenangan
(smoothing), merupakan cara yang lebih diplomatis.
3.
Penghindaran
(avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas.
4.
Aturan mayoritas
(majority rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan
melakukan pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil.
Kompromi, manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak yang bertikai.
Kompromi, manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak yang bertikai.
2.9
Keahlian Negosiasi: Lebih Dari Manajen
Konflik
Belakangan
ini, manajemen konflik telah berubah dari bidang relasi industri menjaadi
keahlian manajerial yang penting. Seperti ditanyakan neale dan Bazarman: setiap
orang bernegosiasidalam berbagai bentuk berbeda , negosiasi adalah mekanisme
umum untuk memecahkan masalah perbedaan dan mengalokasikan sumberdaya “. Mereka
mendefinisikan negosiasi sebagai” proses pengambilan keputusan di antara pihak
interdependen yang tidak berbagi kesukaan yang sama.melalui negosiasi pihak
tersebut membutuhkan apa yang akan diberi dan di terima dalam hubungan mereka.
Meskipun beberapa sarjana prilaku
organisasi menyatakan bahwa terdapat kesamaan antara strategi negosiasi dan
manajemen konflik , negosiasi lebih dari sekedar pemecahan konflik negosiasi
menjadi keahlian manajerial bagi keberhasilan indivudu dan organisasi.
Missalnya, manajer dapat bernegosiasikan kenaikan gaji atau harga yang tetap
untuk suplay. Setelah menbahas biasa atau eror yang di buat negosiator dan
membahas tehnik negosiasi tradisional yang digunakan, selanjutnya akan dibahas
keahlian baru yang di perlukan dalam negosiasi yang efektif untuk resolusi
konflik dan karier yang sukses.
2.9.1 Pendekatan Negosiasi
Tradisional
Saat bernegosiasi, orang pada
umumnya dan manajer pada khususnya cendrung mempunyai bias dan melakukan
kesalahan yang membuat mereka tidak bernegosiasi secara rasional dan mencapai
hasil yang maksimal. Penelitian mengenai kesalahan tersebut diringkas sebagai
berikut:
Negosiator cenderung dipengaruhi oleh kerangka atau bentuk
presentasi dari informasi dalam negosiasi
- Ketika tidak ada alternatif lain , negosiasi secara
tidak rasional cendrung mengekalasi komitmen dengan tindakan yang
dilakukan sebelumnya.
- Negosiasi cendrung beramsumsi bahwa pendapatan mereka
harus berasal dari pengeluaran pihak lain.
- Penilai negosiator cendrung diperkuat dengan informasi
tidak relevan seperti penawaran awal.
- Negosiator cendrung mengandalkan informasi yang
tersdia.
- Negosiator cendrung gagal mempertimbangkan informasi
yang ada denga berfokus pada perspektif lawan.
- Negoiator cendrung
terlalu percaya diri sehubungan dengan kemungkinan mencapai hasilyang
diinginkan dari individu yang terlibat.
Selain
masalah bias, negosiasi biasanya menggunakan pendekatan tawar- menawar
distributif atau posisional. Tawar-menawar
mengasumsikan “bagian tetap” dan berfokus pada bagaimana mendapatkan bagian
terbesar, atau “bagian keuntungan”. Tim mengembangkan pertukaran yang saling
menguntungkan dalam negosiasi da menemukan minat yang sesuai. Akan tetapi,
keyakinan umum bahwa tim mempunyai keuntungan relatif dibandingkan lawan
perseseorangan dalam negosiasi, tidak didukung oleh hasil akhir aktual.
Strategi manajemen konflik berupa kompromi, pemaksaan dan penghindaran, yang
telah dijelaska sebelumnya, cendrung berhubungan dengan stretegi negosiasi
distributif. Seperti dinyatakan oleh Whetten dan Cameron: “Kompromi terjadi
saat kedua pihak mau berkorban untuk mancapai pemikiran bersama orang yang
berkompromi umumnya lebih tertarik menemukan solusi yang bijaksana, memaksa dan mengakomodasikan menuntut satu
pihak menyerah agar konflik terselesaikan . Saat ini pihak yang berkonflik
menghindari resolusi, mereka melakukan karena mereka menganggap biaya pemecahan
konflik begitu tinggi sehingga lebih baik tidak berusaha untuk mencapai
resolusi”.
Berhubungan dengan tawar menawar
distributif adalah pendekatan tawar-menawar posisional pendekatan negosiasi
ini mencakup pengambilalihan secara suksetif dan kemudian menyerah, sebuah
rangkaian posisi. Dalam bentuk paling sederhana, ini terjadi saat tawar menawar
di pasar terbuka. Akan tetapi ,tawar-menawar posisional juga erjadi dalam
diplomasi internasional. Fisher dan ury menyatakan bahwa tawar menawar
posisional dapat mempunyai tujuan yang berguna:” Hal ini memberitahukan
apa yang anda inginkan pada pihak lain : memberikan kepastian dalam
situasi tidak menentu dan tertekan : dan akhirnya menghasilkan kesepakatan yang
dapat di terima.”
Tujuan adalah sebuah kemenangan,
tidakmempercayai orang lain, menyukai posisi anda, mengancam, mencoba
memenangkan kontes keinginan, dan menerapkan tekanan. Sebaliknya,
strategi”lembut, mencakup karakteristik sebagai berikut: tujuan adalah sebuah
kesepakatan mempercayaai orang lain, mengubah posisi dengan mudah , memberi
penawaran , mencoba menghindari kontes keinginan , dan menghilangkan
tekanan.Penawara yang keras mendominasi dan mempunyai daya tarik intruksi. Akan
tetapi, penelitian dan praktik sehari hari mulai menunjukan bahwa pendekatan
negosiasi efektif lebih di mungkinkan dari pada strategi tradisional.
2.9.2 Keahlian Negosiasi Kontemporer
Terdapat
pendekatan anternatif disamping tawar menawar distributif dan possional yang
dikenal sejak lama dan strategi keras dan lunak dalam negosiasi wetthen dan
cameron mengusulkan pendekatan interatif yang menggunakan perspektif”
meninggalkan keuntungan “ yang menggunakan tehnik pemecahan masalah untuk
menemukan hasil menang-menang. Bedasarkan strategi kolaborasi (daripada
kompromi, memaksa, mengakomodasi , atau menghindari ), pendekatan interatif
mengharumkan negosiator yang efektif untuk menggunakan keahlian seperti (1)
menepatkan tujuan superordinat: (2) misalkan orang dari masalah: (3) berfokus
pada minat bukan pada posisi : (4) menemukan piihan untuk keuntungan bersama:
dan (5) menggunakan kriteria objektif.
Pedoman praktis untuk negosiasi yang
efektif mengelompokkan berbagai tehnik negosiasi bedasarkan tingkat resiko bagi
si pengguna.:
- Tehnik negosiasi resiko rendah
Ø Bujukan –
halus biasanya berhasil , tetapi standar nya mungkin berbeda antara usia jenis
kelamin, dan faktor budaya.
Ø Memberiikan
point yang mudah duu – membantu membangun kepercayaan dan momentum persoalan
yang lebih berat
Ø Diam –
efektif untuk konsensi, tetapi seseorang harus berhati hati agar tidak
memancing kemarahan atau fustasi lawan .
Ø Posisi
menguntungkan – hal ini mungkin memperoleh penawaran balik yang rnunjukan
posisi lawan atau mengubah point kompromi.
Ø “O.malangnya
aku- mungkin mnimbulkan simpati, tetapi juga dapat menyebab kan naluri membunuh
dalam dri lawan
2.
Tehnik negosiasi risiko tonggi
Ø Hilangnya
kesabaran yag tidak diharapkan – kemaraha dapat memecahkan kebutuhan dan
memberi ide pada setiap orang, tetapi hal ini juga dapat di pandang sebagai
sikap tidak dewasa atau menipulasi dan menyebabkan lawan memperkuat posisi
mereka.
Ø High-balling
– digunaka untuk memperolehkepercsyssn deenganmenyerah kepada posisi lawan ,
tetapi saat kalah oleh kekuasaan yang lebih tinggi , konsesi di peroleh
bedasarkan kepercayaan.
Ø Bouharism
(ambil atau lepaskan) dinamakan seperti nama wakil presiden GE yang hanya membuat
satu penawaran dalam negosiasi, hal ini merupakan strategi yang sangat agresif
yang mungkin juga menyebabkan kemarahn dan frustasi pada lawan.
Ø Menunggu
momen yang tepat – setelah menggunakan taktik yang butuh dan mengetahui bahwa
tanggal waktu sudah dekat, memberikan tawaran yang masuk akal tetapi disukai
meninggalkan lawan dengan sedikit pilihan atau menerimanya.
Selain strategi risiko rendah dan
tinggi juga terdapat sejumlah tehnik negosiasi, sperti tim yang sendiri dari
dua orang yang menggunakan “polisi baik – polisi jahat “( satunya keras, dan
yang lain nya baik hati), dan berbagai kesenangan psikologis seperti memaksa
pertemuan diselenggarakan di wilayah seseorang menjadwalkan pertemuan pada
wakuyang tidak tepat, atau menginterupsi pertemuann dengan menelpon atau
pertenuan lain. Juga ada pedoman jika maka, bagaimana menggunakan alkohol dalam
negosiasi . Selain pedoman untuk
keahlian negosiasi yang efektif , juga terdapat penawaran distributif dan
strategi keras dan lembut yang dikembangkan oleh Harvard Negotiation Project.
Alternatif pada negosiasi tradisional ni disebut pendekatan negosiasi
berprinsip atau negosiasi menurut manfaat.
Ada empat elemen dasar dalam
pendekatan alternatif negosiasi yaitu:
1.
Orang. Memisahkan orang dari masalah
2.
Minat.berfokus pada minat , bukan posisi
3.
Pilihan . Mengahsilkan berbagai kemungkinan sebelum
memutuskan apa yang dilakukan .
4.
Kriteria. Memaksa bahwa hasil didasarkan pada beberapa
standar objektif
Keahlian
dasar melebihi strategi keras dan lembut dan mengubah permainan negosiasi
berdasarkan manfaat. Misalnya, dalam tawar- menawarkan lembut anggota adalah
teman: dalam tawar menawarkeras , anggotanya adalah musuh : tetapi dalam
pendekatan perinsip, anggotanya adalah pemecahan masalah. Dalam tawar menawar
dalam tawar menawar lembut , pendekatan adalah mempercayai orang lain dalam
tawar menawar keras,anggotanya tidak saling mempercai;tetapi dalam pendekatan
prinsip, negosiator mengekplorasi minat umum. Keahlian negosiasi prinsip ini
dapat menghasilkan kesepakatan yang bijaksana sebagai dinyatakan fisher dan
ury:
Metode ini memungkinkan anda untuk
mencapai konsesus secara bertahap menganai keputusan bersama secara sfisien
tanpa mengeluarkan biaya untuk mempertahankan posisi. Anda hanya harus memuka
diri. Dan memisahkan orang dari masalah memungkin anda berhubungan secara
langsung dan secara empatis dengan negosiator lain sebagai manusia dan
menghaasilkan penyesaian yang baik.
Sejalan keahlian sosial, emosional, perilaku, kepemimpinan, tim, dan komunikasi
keahlian negosiasi menjadi semakin penting bukan hanya untuk manajemen konflik,
tetapi juga untuk manajemen yang efektif secara umum.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik
adalah proses dimana satu pihak mengganggap bahwa pihak lain menentang atau
menghalangi kepentingan-kepentingannya (Krietner
Dan Kinioki, 2005).
Konflik organisasi (Organizational
conflik) adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau
kelompok organisasi yang harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-
kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status,
tujuan, nilai atau persepsi. Konflik organisasi juga dapat diartikan sebagai
perilaku anggota organisasi yang dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota
yang lain. Pada dasarnya proses konflik bermula pada saat satu pihak dibuat
tidak senang oleh, atau akan berbuat tidak menyenangkan kepada pihak lain
mengenai suatu hal yang oleh pihak pertama dianggap penting. Perbedaan konflik
dan persaingan (kompetisi) terletak pada apakah salah satu pihak mampu untuk
menjaga dirinya dari gangguan pihak lain dalam pencapaian tujuannya.
Konflik sebagai suatu kesatuan
negative, dimana ini merupakan salah satu problema serius yang di hadapi yaitu
kecenderungan konflik untuk menyebabkan terpencarnya upaya untuk mencapaii
tujuan organisasi. Sumber daya organisasi yang ada tidak di gunakan untuk
menghasilkan keuntungan yang tinggi melainkan habis digunakan untuk
menyelasaikan konflik yang ada. Waktu dan uang merupakan sumber daya organisasi
yang sangat pentingd dan kerap kali digunakan untuk menyelesaikan konflik.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sejak
zaman dahulu, manusia sudah mengenal dan mengalami bermacam konflik. Konflik
dapat terjadi antara suami-istri, antara orang tua dan anak, antara kelompok
yang satu dengan kelompok yang lain, antara pihak atasan dengan pihak bawahan dan sebagainya.
Konflik juga terjadi antar bangsa, yang
tidak jarang menyebabkan timbulnya peperangan. Bisa dikatakan bahwa selama
manusia hidup, maka senantiasa akan muncul berbagai macam konflik yang
bersumber pada berbagai macam sebab.
Ada
konflik yang relative mudah untuk diatasi dan ada pula konflik yang memerlukan
waktu lama untuk menyelesaikannya, tetapi ada pula konflik yang dari generasi
ke generasi berikutnya tidak terpecahkan ataupun terselesaikan. Tidak
mengherankan apabila banyak orang yang berpendapat bahwa konflik merupakan hal
yang sulit untuk dirumuskan, mengingat bahwa ia muncul dalam bermacam-macam
setting yang berbeda-beda.
Salah
satu problema dalam hal merumuskan dan mempelajari konflik adalah kecenderungan
untuk mengimbangkan konflik dan persaingan. Akan tetapi, perlu diingatkan bahwa
konflik tidak bersinonim dengan persaingan. Persaingan sendiri meliputi
tindakan-tindakan yang dilakukan orang tertentu untuk mencapai tujuan yang
diinginkannya yang menyebabkan orang lain tidak berhasil mencapai tujuannya.
Perlu
diingatkan disini bahwa perbedaan antara konflik dan persaingan bukanlah
seperti membelah-belah rambut, karena konflik dapat muncul dalam berbagai
bentuk selain dari bentuk konfllik karena di sebabkan oleh persaingan.
Persaingan ini kerap terjadi dalam suatu organisasi, dimana satu pihak saling
bersaing dengan pihak lainnya untuk memperebutkan posisi kedudukan dalam
organisasinya atau dalam suatu departemen.
Suatu
organisasi terdiri dari dari bagian-bagian atau departemen yang saling
bekerjasama dan saling bergantung satu sama lainnya. Hubungan saling ketergantungan
ini dapat meningkatkan kerjasama, tetapi dapat pula menimbulkan konflik.
Konflik sangat mungkin terjadi karena masing-masing kelompok atau depertemen
memiliki tujuan yang berbeda-beda atau saling bertentangan.
C.R.
Mitchell mengemukakan tentang situasi-situasi konflik yaitu “…any situation in
which two or more social entities or parties ( however difined or structured)
perceive that they possess mutually imcompatible goals”. Apabila kita
merumuskan situasi-situasi konflik sebagai situasi dimana pihak-pihak yang
terlibat di dalamnya memiliki tujuan-tujuan yang saling bertentangan, terlepas
dari apakah pihak-pihak yang dimaksud berupa individu-individu, kelompok social
ataupun organisasi.
1.2 Rumusan Masalah
1.
apa yang dimaksud
dengan konflik?
2.
apa saja
jenis-jenis konflik?
3.
apa yang dimaksud
konflik intraindividu?
4.
apa yang dimaksud
konflik antarpribadi?
5.
jelaskan perilaku
dan konflik antar kelompok?
6.
jelaskan pengaruh
konflik individu?
7.
jelaskan strategi
mengatasi konlik?
8.
jelaskan strategi
dan metode penyelesaian konflik?
9.
apa yang dimaksud
dengan keahlian negosiasi: lebih dari manajemen konflik?
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konflik
Konflik berasal dari
kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Berikut
beberapa pengertian konflik menurut para ahli:
2.1.1 Konflik Menurut
Para Ahli
1. Taquiri dalam Newstorm dan Davis
(1977)
konflik merupakan warisan kehidupan
sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi
dan pertentangan di antara dua pihak
atau lebih pihak secara berterusan.
2. Gibson, et al (1997: 437)
hubungan selain dapat menciptakan kerjasama,
hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika
masing – masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri –
sendiri dan tidak bekerja sama satu sama lain.
3. Muchlas (1999)
Dipandang sebagai
perilaku, konflik merupakan bentuk minteraktif yang terjadi pada tingkatan
individual, interpersonal, kelompok atau pada tingkatan organisasi. Konflik ini
terutama pada tingkatan individual yang sangat dekat hubungannya dengan stres.
4.
Minnery
(1985)
Konflik organisasi merupakan interaksi antara
dua atau lebih pihak yang satu sama lain berhubungan dan saling tergantung,
namun terpisahkan oleh perbedaan tujuan.
5.
Robbins
(1993)
Konflik dalam organisasi
sering terjadi tidak simetris terjadi hanya satu pihak yang sadar dan
memberikan respon terhadap konflik tersebut. Atau, satu pihak mempersepsikan
adanya pihak lain yang telah atau akan menyerang secara negatif .
6.
Pace & Faules (1994:249).
Konflik merupakan
ekspresi pertikaian antara individu dengan individu lain, kelompok dengan
kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam pandangan ini, pertikaian
menunjukkan adanya perbedaan antara dua atau lebih individu yang diekspresikan,
diingat, dan dialami .
7.
Folger &
Poole (1984).
Konflik dapat dirasakan,
diketahui, diekspresikan melalui perilaku-perilaku komunikasi
8.
Myers(1982)
dan Kreps (1986) serta Stewart(1993)
Konflik senantisa
berpusat pada beberapa penyebab utama, yakni tujuan yang ingin dicapai, alokasi
sumber – sumber yang dibagikan, keputusan yang diambil, maupun perilaku setiap
pihak yang terlibat .
9.
Devito
(1995)
Interaksi yang disebut
komunikasi antara individu yang satu dengan yang lainnya, tak dapat disangkal
akan menimbulkan konflik dalam level yang berbeda – beda.
10. Alabaness
konflik adalah
kondisi yang dipersepsikan ada di antara pihak-pihak atau lebih merasakan
adanya ketidaksesuaian antara tujuan dan peluang untuk mencampuri usaha
pencapaian tujuan pihak lain.
Jadi, konflik merupakan sebuah situasi, dimana dua
orang atau lebih menginginkan tujuan-tujuan yang menurut persepsi mereka dapat
dicapai oleh salah seorang diantara mereka, tetapi hal itu tidak mungkin dicapai
oleh kedua belah pihak (Ross Stagner).
Konflik adalah proses dimana satu pihak mengganggap bahwa pihak lain menentang
atau menghalangi kepentingan-kepentingannya (Krietner Dan Kinioki, 2005). Sementara itu, Greenberg Dan Baron (2003), mendifinisikan konflik sebagai proses
dimana suatu kelompok merasa atau mempersepsikan kelompok lain akan mendapatkan
atau menggunakan tindakan yang bertentangan dengan kelompoknya. Berdasarkan
pengertian ini, maka suatu konflik akan muncul apabila terjadi perbedaan
kepentingan antar kelompok atau kepentingan suatu kelompok dihambat oleh kelompok
lainnya.
Dari
beberapa definisi konflik yang diungkapkan di atas, dapat disimpulkan
bahwa konflik adalah
proses yang dinamis dan keberadaannya lebih banyak menyangkut persepsi dan
orang atau pihak yang merasakan dan mengalaminya. Jika suatu keadaan tidak
dirasakan sebagai konflik, maka pada dasarnya konflik tersebut tidak ada dan
begitupun sebaliknya.
Konflik merupakan bentuk interaksi antar kelompok yang
berbeda dalam berbeada kepentingan, persepsi, dan preferensi. Konflik
melibatkan interaksi permusuhan mulai dari yangbersifat lembut sampai bersifat
perkelahian. Dinamika konflik yang meningkat memberikan dampak di dalam
kelompok dan antar kelompok yang terlibat. Konflik dengan kelompok akan
cenderung akan meningkatkan kreativitasnya dan kecocokan terhadap norma
kelompok.
2.1.2 Pandangan Mengenai Konflik
Ada tiga pandangan mengenai konflik, yaitu :
1. Pandangan Tradisional
Pandangan
tradisional menyatakan bahwa konflik harus dihindari karena akan menimbulkan
kerugian. Aliran ini memandang konflik sebagai sesuatu hal yang buruk, tidak
menguntungkan dan juga selalu merugikan organisasi. Oleh karena itu, konflik
ini harus dicegah dan juga dihindari sebisa mungkin dengan mencari akan
permasalahannya.
2. Pandangan Hubungan Kemanusiaan
Pandangan
aliran behavioral ini menyatakan bahwa konflik merupakan sesuatu yang wajar,
alamiah dan tidak dapat dihindarkan dalam setiap kelompok manusia. Konflik ini
sebenarnya tidak selalu buruk karena memiliki potensi kekuatan yang positif di
dalam menentukan kinerja kelompok. Konflik tidak selamanya hanya merugikan,
bahkan bisa menguntungkan, yang oleh karena itu konflik harus dikelola dengan
baik.
3. Pandangan Interaksionis
Pandangan
ini menyatakan bahwa konflik bukan sekedar sesuatu kekuatan positif dalam suatu
kelompok, namun juga mutlak diperlukan untuk suatu kelompok agar dapat
berkinerja secara positif. Oleh karena itu konflik harus diciptakan. Pandangan
ini berdasarkan pada keyakinan bahwa organisasi yang tenang, damai dan harmonis
ini justru akan membuat organisasi itu menjadi statis, stagnan dan juga tidak
inovatif. Dampaknya yaitu pada kinerja organisasi menjadi lemah.
Kemungkinan
timbulnya konflik sangat besar sekali dalam kerangka keorganisasian. Tetapi
harus diingat bahwa berbeda dengan pandangan pada masa lampau, kini pandangan
orang tentang konflik adalah bagaimana ia tidak selalu menimbulkan dampak
negative tetapi tidak jarang juga konflik dapat menimbulkan dampak yang positif
bagi para pelakunya. Adakalnya pihak manajemen perlu menciptakan konflik antara
para karyawannya dalam rangka menimbulkan persaingan antara mereka yang
merangsang untuk meraih prestasi lebih baik dibandingkan dengan masa
sebelumnya.tentu maksud konflik disini ialah konflik yang masih dapat ditangani
dan yang tidak menjadi liar tanpa kendali.
Konflik
dapat dijadikan sebagai suatu kekuatan positif, dimana cara untuk menyelesaikan
atau mengatasi konflik ini sendiri menyebabkan orang harus mencari jalan untuk
mengubah cara-cara yang berlaku dalam menjalankan tugasnya dalam suatu organisasi.
Jadi, proses penyelasaian konflik dapat merangang timbulnya perubahan positif
didalam organisasi yang bersangkutan. Disamping itu, upaya untuk mencari cara
penyelesaian konflik dilakukan bukan saja membuahkan inovasi dan perubahan,
melainkan dapat menyebabkan perubahan yang lebih dapat diterima atau
diinginkan. Persaingan yang menyebabkan timbulnya konflik dapat juga
menimbulkan efek menguntungkan, dimana para karyawan yang mengalami suatu
suasana kompetitif antara para sesama pekerja yang berhubungan dengan kinerja
atau peforma sehingga dapat memotivasi untuk mencurahkan upaya lebih intensif
guna menenangkan pesaingnya. Bukti empiric yang diperoleh melalui riset di luar
negeri menunjukkan bahwa persaingan menyebabkan meningkatnya produk yang
diproduksi per periode waktu. Apabila tujuan utama suatu organisasi adalah
menghasilkan sejumlah besar keuntungan, maka disarankan untuk menciptakan suatu
suasana yang kompetitif. Sebagai contoh, memberikan reward atau bonus kepada
karyawan yang bisa menghasilkan tingkat keuntungan produksi yang lebih banyak.
Konflik
sebagai suatu kesatuan negative, dimana ini merupakan salah satu problema serius
yang di hadapi yaitu kecenderungan konflik untuk menyebabkan terpencarnya upaya
untuk mencapaii tujuan organisasi. Sumber daya organisasi yang ada tidak di
gunakan untuk menghasilkan keuntungan yang tinggi melainkan habis digunakan
untuk menyelasaikan konflik yang ada. Waktu dan uang merupakan sumber daya
organisasi yang sangat pentingd dan kerap kali digunakan untuk menyelesaikan
konflik. Konflik sendiri dapat menimbulkan gangguan psikologis pada para
karyawan. Dalam jangka waktu yang lama, kondisi konflik juga dapat menyebabkan
timbulnya kesulitan untuk mencapai hubungan yang saling membantu dan saling
mempercayai. Akhirnya keberadaan konflik dalam persaingan membutuhkan adanya
interaksi antara pihak-pihak yang terlibat agar
dampak negative tersebut dapat dikurangi atau bahkan di hilangkan.
Konflik
organisasi (Organizational conflik) adalah ketidaksesuaian antara dua atau
lebih anggota-anggota atau kelompok organisasi yang harus membagi sumber daya
yang terbatas atau kegiatan- kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa
mereka mempunyai perbedaan status, tujuan, nilai atau persepsi. Konflik
organisasi juga dapat diartikan sebagai perilaku anggota organisasi yang
dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota yang lain. Pada dasarnya proses
konflik bermula pada saat satu pihak dibuat tidak senang oleh, atau akan
berbuat tidak menyenangkan kepada pihak lain mengenai suatu hal yang oleh pihak
pertama dianggap penting. Perbedaan konflik dan persaingan (kompetisi) terletak
pada apakah salah satu pihak mampu untuk menjaga dirinya dari gangguan pihak
lain dalam pencapaian tujuannya. Persaingan ada, bila tujuan pihak- pihak yang terlibat
adalah tidak sesuai tetapi pihak- pihak tersebut tidak dapat saling mengganggu.
Sebagai contoh, dua kelompok mungkin saling bersaing untuk memenuhi target,
bila tidak ada kesempatan untuk mengganggu pencapaian tujuan pihak lain,
situasi persaingan terjadi, tetapi bila ada kesempatan untuk mengganggu dan
kesempatan tersebut digunakan, maka akan timbul konflik.
Kerjasama
(kooperasi) terjadi bila dua pihak atau lebih bekerja bersama untuk mencapai
tujuan bersama. Konflik dan kooperasi dapat terjadi bersamaan. Lawan kata
kooperasi bukan konflik, tetapi kurangnya kooperasi (kerjasama). Sebagai
contoh, dua pihak setuju pada tujuan,tetapi tidak setuju dengan cara pencapaian
tujuan tersebut. Manajemen konflik berarti bahwa para manajer harus berusaha menemukan
cara untuk menyeimbangkan konflik dan kooperasi.
2.1.3
Sumber- Sumber konflik
Menurut Robbins (1996), konflik muncul karena ada kondisi
yang melatar - belakanginya (antecedent conditions). Kondisi tersebut,
yang disebut juga sebagai sumber terjadinya konflik, terdiri dari tiga
ketegori, yaitu: komunikasi, struktur, dan variabel pribadi.
1.
Komunikasi
Komunikasi yang buruk, dalam arti komunikasi yang
menimbulkan kesalah - pahaman antara pihak-pihak yang terlibat, dapat menjadi
sumber konflik. Suatu hasil penelitian menunjukkan bahwa kesulitan semantik,
pertukaran informasi yang tidak cukup, dan gangguan dalam saluran komunikasi
merupakan penghalang terhadap komunikasi dan menjadi kondisi anteseden untuk
terciptanya konflik.
2.
Struktur
Istilah struktur
dalam konteks ini digunakan dalam artian yang mencakup: ukuran (kelompok),
derajat spesialisasi yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan
jurisdiksi (wilayah kerja), kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan
kelompok, gaya kepemimpinan, sistem imbalan, dan derajat ketergantungan antara
kelompok. Penelitian menunjukkan bahwa ukuran kelompok dan derajat spesialisasi
merupakan variabel yang mendorong terjadinya konflik. Makin besar kelompok, dan
makin terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan
terjadinya konflik.
3.
Variabel Pribadi
Sumber konflik
lainnya yang potensial adalah faktor pribadi, yang meliputi: sistem nilai yang
dimiliki tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang menyebabkan
individu memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan individu
yang lain. Kenyataan menunjukkan bahwa tipe kepribadian tertentu, misalnya,
individu yang sangat otoriter, dogmatik, dan menghargai rendah orang lain,
merupakan sumber konflik yang potensial. Jika salah satu dari kondisi tersebut
terjadi dalam kelompok, dan para karyawan menyadari akan hal tersebut, maka
muncullah persepsi bahwa di dalam kelompok terjadi konflik. Keadaan ini disebut
dengan konflik yang dipersepsikan (perceived conflict). Kemudian jika
individu terlibat secara emosional, dan mereka merasa cemas, tegang, frustrasi,
atau muncul sikap bermusuhan, maka konflik berubah menjadi konflik yang
dirasakan (felt conflict). Selanjutnya, konflik yang telah disadari dan
dirasakan keberadaannya itu akan berubah menjadi konflik yang nyata, jika
pihak-pihak yang terlibat mewujudkannya dalam bentuk perilaku. Misalnya,
serangan secara verbal, ancaman terhadap pihak lain, serangan fisik, huru-hara,
pemogokan, dan sebagainya.
Selain itu, juga ada beberapa factor lain yang dapat
menyebabkan konflik, yaitu:
1.
Kelangkaan sumber
daya dan dana yang langka. Hal ini karena suatu individu atau organisasi yang
memiliki sumber daya dan dana yang terbatas.
2.
Saling ketergantungan pekerjaan.
3.
Ketergantungan pekerjaan satu arah. Berbeda
dengan sebelumnya, ketergantungan pekerjaan satu arah berarti bahwa
keseimbangan kekuasaan telah bergeser, konflik pasti lebih tinggi karena unit
yang dominan mempunyai dorongan yang sedikit saja untuk bekerja sama dengan
unit yang berada di bawahnya.
4.
Ketidakjelasan
tanggung jawab atau yurisdiksi. Dalam hal tertentu, pada dasarnya orang memang
tidak ingin bertanggung jawab, terlebih mengenai hal- hal yang berakibat tidak
atau kurang menguntungkan. Apabila hal ini menyangkut beberapa pihak dan
masing- masing tidak mau bertanggung jawab maka kejadian seperti ini dapat
menimbulkan konflik.
5.
Ketidakterbukaan
terhadap satu sama lain.
6.
Ketidaksalingpercaya antara satu orang dengan
orang lain dalam organisasi.
7.
Ketidakjelasan pola pengambilan keputusan,
pola pendelegasian wewenang, mekanisme kerja dan pembagian tugas.
8.
Kelompok pimpinan
tidak responsitif terhadap kebutuhan dan aspirasi para bawahannya.
9.
Adanya asumsi
bahwa dalam organisasi terdapat berbagai kepentingan yang diperkirakan tidak
dapat atau sulit diserasikan.
2.2 Jenis-Jenis Konflik
Terdapat berbagai
macam jenis konflik, tergantung pada dasar yang digunakan untuk membuat
klasifikasi. Ada yang membagi konflik atas dasar fungsinya, ada pembagian atas
dasar pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, dan sebagainya.
a.
Konflik Dilihat dari Fungsi
Berdasarkan
fungsinya, Robbins (1996:430) membagi konflik menjadi dua macam, yaitu: konflik
fungsional (Functional Conflict) dan konflik disfungsional (Dysfunctional
Conflict). Konflik fungsional adalah konflik yang mendukung pencapaian
tujuan kelompok, dan memperbaiki kinerja kelompok. Sedangkan konflik
disfungsional adalah konflik yang merintangi pencapaian tujuan kelompok.
Menurut Robbins, batas yang menentukan apakah suatu
konflik fungsional atau disfungsional sering tidak tegas (kabur). Suatu konflik
mungkin fungsional bagi suatu kelompok, tetapi tidak fungsional bagi kelompok
yang lain. Begitu pula, konflik dapat fungsional pada waktu tertentu, tetapi
tidak fungsional di waktu yang lain. Kriteria yang membedakan apakah suatu
konflik fungsional atau disfungsional adalah dampak konflik tersebut terhadap
kinerja kelompok, bukan pada kinerja individu. Jika konflik tersebut dapat
meningkatkan kinerja kelompok, walaupun kurang memuaskan bagi individu, maka konflik
tersebutdikatakan fungsional. Demikian sebaliknya, jika konflik tersebut hanya
memuaskan individu saja, tetapi menurunkan kinerja kelompok maka konflik
tersebut disfungsional.
b. Konflik Dilihat dari Pihak yang Terlibat di Dalamnya
Berdasarkan pihak-pihak yang terlibat di
dalam konflik, Stoner dan Freeman (1989:393) membagi konflik menjadi enam
macam, yaitu:
1.
Konflik dalam diri individu (conflict within the
individual). Konflik ini terjadi jika seseorang harus
memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang
melebihi batas kemampuannya.
2.
Konflik antar-individu
(conflict among individuals). Terjadi karena perbedaan kepribadian (personality
differences) antara individu yang satu dengan individu yang lain.
3.
Konflik antara
individu dan kelompok (conflict among individuals and groups). Terjadi jika individu gagal menyesuaikan diri dengan
norma - norma kelompok tempat ia bekerja.
4.
Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflict
among groups in the same organization). Konflik ini terjadi karena masing -
masing kelompok memiliki tujuan yang berbeda dan masing-masing berupaya untuk
mencapainya.
5.
Konflik antar organisasi (conflict among
organizations). Konflik ini terjadi jika tindakan yang dilakukan oleh
organisasi menimbulkan dampak negatif bagi organisasi lainnya. Misalnya, dalam
perebutan sumberdaya yang sama.
6.
Konflik antar individu
dalam organisasi yang berbeda (conflict among individuals in different
organizations). Konflik ini terjadi sebagai akibat sikap atau perilaku dari
anggota suatu organisasi yang berdampak negatif bagi anggota organisasi yang
lain. Misalnya, seorang manajer public relations yang
menyatakan keberatan atas pemberitaan yang dilansir seorang jurnalis.
c.
Konflik Dilihat dari Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi
Winardi
(1992:174) membagi konflik menjadi empat macam, dilihat dari posisi seseorang
dalam struktur organisasi. Keempat jenis konflik tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Konflik vertikal, yaitu konflik yang terjadi antara
karyawan yang memiliki kedudukan yang tidak sama dalam organisasi. Misalnya,
antara atasan dan bawahan.
2. Konflik horizontal, yaitu konflik yang terjandi antara
mereka yang memiliki kedudukan yang sama atau setingkat dalam organisasi.
Misalnya, konflik antar karyawan, atau antar departemen yang setingkat.
3. Konflik
garis-staf, yaitu konflik yang terjadi antara karyawan lini yang biasanya
memegang posisi komando, dengan pejabat staf yang biasanya berfungsi sebagai
penasehat dalam organisasi.
4. Konflik peran, yaitu konflik yang terjadi karena
seseorang mengemban lebih dari satu peran yang saling bertentangan.
Di samping klasifikasi tersebut di atas,
ada juga klasifikasi lain mengenai konflik, seperti
Jenis Jenis
konflik ditinjau dari jenisnya, yaitu :
1.
Konflik Konstruktif
Pengertian
Konflik konstruktif adalah konflik yang memiliki nilai positif bagi pengembangan organisasi.
2.
Konflik Destruktif
Pengertian
Konflik Destruktif ialah konflik yang berdampak negatif bagi pengembangan organisasi.
Selanjutnya, jenis Jenis Konflik
dari segi instansionalnya, seperti :
1.
Konflik kebutuhan individu dengan peran yang dimainkan dalam
organisasinya. Tidak jarang kebutuhan dan keinginan karyawan bertentangan atau
tidak sejalan dengan kebutuhan dan kepentingan organisasi. Hal ini dapat
memunculkan konflik.
2.
Konflik peranan dengan peranan. Setiap karyawan dari
organisasi memiliki peran yang berbeda-beda dan ada kalanya perbedaan peran
tiap individu tersebut memunculkan konflik karena setiap individu berusaha
untuk memainkan peran tersebut dengan sebaik-baiknya.
3.
Konflik individu dengan individu lainnya. Konflik ini
seringkali muncul apabila seorang individu berinteraksi dengan individu lain,
disebabkan oleh latarbelakang, pola tindak, pola pikir, kepribadian, persepsi,
minat dan sejumlah karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lain.
Jenis Jenis Konflik ditinjau dari segi materi
atau masalah yang menjadi sumber konflik, yaitu :
1.
Konflik tujuan. Adanya perbedaan tujuan antarindividu,
kelompok maupun organisasi bisa memunculkan konflik.
2.
Konflik peranan. Setiap manusia memiliki peran lebih dari
satu. Peran yang dimainkan dengan jumlah yang banyak tersebut, seringkali
memunculkan konflik.
3.
Konflik nilai. Nilai yang dianut seseorang seringkali tidak
sejalan dengan sistem nilai yang diatur oleh organisasi atau kelompok. Hal ini
dapat berpotensi untuk memunculkan konflik.
4.
Konflik kebijakan. Konflik ini muncul karena seorang individu
atau kelompok tidak sependapat dengan kebijakan yang ditetapkan organisasi.
Jenis Jenis Konflik menurut
Mastenbroek ada 4, yaitu :
1.
Instrumental Conflicts
Konflik ini
terjadi oleh karena ketidaksepahaman antarkomponen dalam organisasi dan proses
pengoperasiannya.
2.
Socio-emotional Conflicts
Konflik ini
berkaitan dengan masalah identitas, kandungan emosi, citra diri, prasangka,
kepercayaan, keterikatan, identifikasi terhadap kelompok, lembaga dan
lambang-lambang tertentu, sistem nilai dan reaksi individu dengan yang lainnya.
3.
Negotiating Conflicts
Konflik
negosiasi adalah ketegangan-ketegangan yang dirasakan pada waktu proses negosiasi
terjadi, baik antara individu dengan individu atau kelompok dengan kelompok.
4.
Power and Dependency Conflicts
Konflik
kekuasaan dan ketergantungan berkaitan dengan persaingan dalam organisasi.
Contoh : pengamanan dan penguatan kedudukan yang strategis.
2.3 Konflik Intraindividu
Model konflik intraindividu lebih makro dirangkum
dalam secara singkat pada gambar 12.3
Konflik
|
Mikro
GAMBAR 12.3 Tingkat Konflik Dalam Perilaku Organisasi
2.3.1 Bentuk bentuk konflik intrindividu
1.
Konflik akibat
frustasi
Frustasi terjadi saat dorongan yang termotivasi
terhalang sebelum orang mencapai tujuan yang diinginkan. gambar 12.4 mengilustrasikan apa yang terjadi. Rintangan dapat kelihatan
dari luar (lahiriah atau fisik) atau tersembunyi (batiniah, atau mental
sosiopsikologis). Model frustasi menjadi berguna bukan hanya dalam analisis
perilaku secara umum, tetapi juga aspek perilaku pada pekerjaan secara khusus.
Pencuri properti perusahaan dan kekerasan dalam pekerjaan mungkin merupakan
bentuk hasil agresivitas frustasi kerja. Misalnya, sebuah artikel ringkas
mengenai kekerasan di tempat kerja menyatakan bahwa belakangan ini lebih dari
ribuan orang amerika terbunuh saat bekerja. Meskipun mayoritas kematian bukan
karena kecelakaan kerja, namun pembunuhan masih dianggap sebagai penyebab kedua
kematian bukan karena ditempat kerja( selain kecelakaan lalu lintas).
Pembunuhan juga merupakan penyebab kematian perempuan ditempat kerja, bahkan
katagori ini adalah pembunuhan yang berkembang paling ceat di amerika serikat.
Kepedulian
dan penelitian mengenai agresi dan kekerasan ditempat kerja kian meningkat.
Meskipun insiden agresi tempat kerja merupakan reaksi terhadap frustasi
terhadap bukti penelitian bahwa perbedaan individu (misalnya, sifat marah, gaya
atribusi,afektivitas negatif, siakp balas dendam, kontrol dri, dan penjelasan
buday agresif sebelumnya) sangat mempengaruhi agresi tempat kerja. Bentuk
agresi mungkin tergantung pada persepsi keadialan organisasi (misalnya,
pertimbangan kejujuran). Terdapat studi terbaru yang menyatakan bahwa tingkat
kekerasan dalam komunitas tempat kerja memperdiksikam sejumlah agresi yang
dilaporkan ditempat kerja tersebut. Mengimplementasikan kebijakan pencegahan
kekerasan dan menyediakan pelatihan bagi penyelia dan karyawan mengenai
kesadaran pencengahan kekerasan tampaknya menurunkan tingkat kekerasan
antarkaryawan.
Selain
agresi dan kekerasan, reaksi penarikan diri karena frustasi mungkin menjadi
penjelasan utama atas “masalah motivasu” karyawan. Mereka menjadi apatis atau “pensiun dari pekerjaan” karena frustasi,
bukan karena tidak mempunyai motivasi. Banyak motif karyawan terhalangi oleh
pekerjaan yang tidak berkembang, tingkat spesialisasi kerja yang tinggi, atau
rintangan dari penyelia. Sama halnya dengan agresi, terdapat bukti penelitian
bahwa variabel kepribadian memengaruhi sikap dan jenis perilaku menarik diri
yang ditunjukkan karyawan. Reaksi fiksasi terhadap frustasi digunakan untuk
menjelaskan perilaku birokrasi yang tidak rasional. (aturan menjadi bumerang
bagi diri sendiri, dan karyawan yang frustasi secara apatis menyesauikan diri
dengan rintangan). Kompromi dapat membantu menjelaskan perubahan karier
(krwayan yang frustasi melewati rintangan) atau “kehidupan diluar pekerjaan”
(karyawan yang frustasi tidak dapat mencapai tujuan pada pekerjaan, jadi mereka
mencari kepuasan diluar pekerjaan). Reaksi terhadap frustasi ini merugikan
organisasi karena disfungsi yagn berhubungan dengan agresi, penarikan diri, dan
fiksasi. Dalam kasus kompromi, motivasi karyawan muncul diluar organisasi.
Meskipun sejauh ini pembahasan yang mengindikasikan sifat disfungsi frustasi,
hal negatif tersebut sebaiknya tidak diasumsikan secara otomatis.
Dalam
beberapa kasus, frustasi mungkin menghasilkan dampak positif terhadap kinerja
individu dalam tujuan organisasi. Contohnya adalah karyawan atau manajer yang
mempunyai kompetensi dan prestasi yang tinggi dan atau yang mempunyai efikasi
diri yang tinggi dalam melakukan pekerjaan dengan baik. Orang dengan sifat
tersebut, jika mengahadapi frustasi pekerjaan, akan bereaksi dengan sifat
defensive, tetapi frustasi dapat meningkatkan kinerja. Orang mungkin mencoba
lebih keras untuk mengatasi rintangan atau mengimbangi, atau mencari arah atau
tujuan baru yang lebih sesuai dengan tujuan organisasi.
Sekali
lagi, perlu diingat bahwa mekanisme pertahanan tidak buruk bagi individu,
mekanisme tersebut memainkan peranan penting dalam proses penyesuaian
fisikologis dan menjadi tidak sehat hanya saat mekanisme tersebut menominasi
kepribadian individu. Orang yang berhasil mengatasi irustrasi dimasa lalu
dengan belajar mengatasi rintangan atau menetapkan tujuan pengganti, lebih
toleran terhadap frustasi dibanding orang yang tidka pernah mengalaminya sama
sekali, atau dibanding orang yang
mengalami frustasi yang berlebihan. Secara umum, tujuan utama manajemen
sebaiknya adalah menghilangkan rintangan ( khayalan, kenyataan, atau potensi)
yang membuat karyawan menjadi frustasi. Tujuan tersebut dicapai dengan usaha
mendesain ulang pekerjaan yang lebih sesuai dengan motivasi karyawan atau
dengan keterampilan kepemimpinan yang menyengkirkan berbagai rintangan yang
membuat frustasi.
2.
Konflik tujuan
Sumber
konflik lainnya adalah tujuan yang mempunyai fitur positif dan negatif, atau
dua tujuan atau lebih yang saling bersaing. Motif frustasi terhalang sebelum
tujuan dicapai, sedangkan dalam konflik tujuan, dua motif tujuan atau lebih
saling menghalangi. Untuk kemudahan analisi, tiga jenis konflik tujuan berikut
ini dijelaskan secara umum :
a.
Konflik
pendekatan, seseorang dimotivasi untuk mendekati dua tujuan positif atau lebih,
terutama tujuan ekslusif.
b.
Konflik pendekatan-penghindaran, seseorang
dimotivasi untuk mendekati tujuan, pada saat bersama juga dimotivasi untuk
menghindarinya. Tujuan tunggal berisi karakteristik positif dan negatif bagi
individu.
c.
Konflik
penghindaran-penghindaran, seseorang dimtivasi untuk menghindari dua tujuan
negatif atau lebih, terutama tujuan ekslusif.
Untuk
membedakan tingkatannya, setiap bentuk konflik tujuan muncul pada organisasi
modern, tetapi pendekatan-penghindaran adalah yang paling relevan dengan
analisis konflik.
Konflik
pendekatan-penghindaran berasal dari tujuan oraganisasi yang mempunyai asfek
positif dan negatif bagi anggota organisasi. Penelitian dasar fisikologi
menyatakan bahwa aspek positif tujuan organisasi lebih kuat dan lebih menonjol
dalam jarak ruang dan waktu saripada aspek negatif. Sebaliknya saat orang
semakin dekat dengan tujuan, aspek negatif muncul kembali dan individu mungkin
ragu atau gagal untuk maju dimana pendekatan sama dengan penghindaran.
Misalnya, menajer yang terlibat dalam perencanaan jangka panjang biasanya
sangat yakin dengan tujuan (rencana strategi) yang telah meeka kembangkan untuk
masa mendatang. Tetapi, saat semakin banyak kesempatan untuk mengsungsikan
sumber daya dan mengimplementasikan rencana, konsekuensi negatif sepertinya muncul
lebih besar daripada ada saat langkah perkembangan rencana. Menajer yang berada
pada situasi tersebut mungkin mencapai titik dimana pendekatan sama dengan
penghindaran. Hasilnya adalah terjadi konflik internal dan mengakibatkan
kebimbangan, reaksi fisik atau bahwkan depresi.
Konflik
pendekatan penghindaran dan akibatnya adalah hal yang biasa dirasakan pebuat
keputusan dan orang yang bertanggungjawab dalam organisasi yang dideskripsikan
pada bagian pegantar. Seperti dibahas dalam majalah fortune “bagi yang
bertahan, revolusi akan terasa menakutkan, merasa bersalah, menyakitkan,
membebaskan, kehilangan orientasi, mengembirakan, memberikan wewenang,
frustasi, menyelesaikan, membingungkan, menantang.” Dengan kata lain, seperti diindikasi oleh
istilah tersebut, banyak menejer merasakan campur aduk atau reaksi pendekatan
penghindaran. Contoh aplikasi : mengatasi konflik tujuan memberikan beberapa
contoh nyata.
Contoh aplikasi
Ø Mengatasi konflik tujuan
Bagaimana
manajer dapat mengatasi konflik tujuan? Salah satunya adalah dengan menyadari
bahwa konflik ada dalam setiap organisasi dan tidak dapat dihindari. Misalnya,
banyak pakar manajemen berpendapat bahwa untuk membawa perubahan, eksekutif
puncak harus terdepan dalam menyatukan individu dan menunjukkan bahwa mereka
mendukung perubahan. Disis lain, pakar manajemen juga menunjukkan bahwa
perubahan harus mempunyai kader pemimpin ada tingkat menegah dan rendah yang
membawa bendera perubahan. Jadi, apa yang dilakukan manajer adalah : berada
didepan atau mendorong karyawan untuk menerima tanggungjawab ini? Dua
pendekatan tersebut tampaknya saling bertentangan.
Organisasi
menuntu manajer untuk bertindak secara independen dan memberi inisiatif
personal dan tanggungjawab kepada unit. Akan tetapi, saat menajer memulai
tindakan yang meningkatkan aktifitas unit manajer pertama sering dipanggil
untuk mempertimbangkan dan didorong untuk “ menjadi anggotan yang lebih
kooperatif”.
Konflik
lain adalah pertumbuhan pendapatan versus pengendalian biaya. Jika manajer
menghabiskan waktu mereka untuk mengembangkan bisnis, maka mereka mengahadapi
kritik karena tidak mengendalikan biaya.
Jika mereka fokus kepada pengendalian pengeluaran, mereka ditanya mengapa
mereka tidak meningkatkan pendapatan.
Apa
yang dapat dilakukan manajer untuk mengatasi konflik tersebut? Salah satunya
adalah dengan menyadari bahwa konflik sering menjadi dilema utama: pemberdayaan
versus penyetaraan. Manajer yang sukses mengekplorasi pendekatan dan
menyeimbangkan penekanan mereka. Misalnya, digeneral motor, terjadi konflik
lama mancapai biaya perunit yang rendah melalui ekonomi skala(perubahan skala
besar) dan merespon pelanggan dengan mengurangi waktu tiba dipasar. Di IBM,
terjadi konflik antara mengembangkan bisnis (mengembangkan pendapatan) dan meningkatkan
keuntungan (menurunkan biaya). Di Mercedes, terjadi perselisihan antar kelompok
dalam perusahaan yang ingin mendesai dan membuat mobil berkualitas (insyur)
serta orang yang berpendapat bahwa banyak orang tidak ingin membayar premi
untuk mobil karena mereka tidak ingin dan tidak menghargai inovasi
tersebut(pasar). Manajer yang sukses biasanya adalah orang yang paling dapat
menyeimbangkan tuntutan yang berkonflik tanpa kehilangan tujuan perusahaan
melalui manajemen konflik yang efektif, usaha dari sebauh masalah dapat
diarahkan kepada tujuan umum yang diharapkan akan berguna, baik bagi orang yang
terlibat maupun bagi seluruh organisasi.
3.
Konflik peran dan
ambiguitas
Berhubungan
dengan konsep norma (perlaku wajib)peranan didefinisikan sebagai posisi yang
mempunyai harapan yang berkembang dari norma yang ditetapkan. Orang yang hidup
dalam masyarakat kontemporer melakukan serangkaian peran sepanjang hidupnya.
Urutan peranan sosial adalah anak kecil, anak laki-laki ata peempuan, remaja,
mahasiswa, kekasih, pasangan hidup , orang tua, dan kakek atau nenek. Setiap
peranan mempunyai harapan yang dilakukan seperti sebuah peran dalam drama.
Selain
berkembang melalui serangkaian peran
seperti disebutkan diatas, orang dewasa dalam masyarakat modern menempati
berbagai peran pada waktu yang sama. Tidaklah umum bagi pria dewasa kelas
menegah untuk secara serempak memainkan peran suami, ayah, pencari nafkah, anak
(bagi orangtuanya), pekerja atau manajer, mahasiswa (kuliah malam), pelatih tim
bisbol little league, anggota gereja, anggota klub sosial, mitra bermain kartu
, anggota klub poker, kelopok pegawai komonitas, dan para pemain golf pada
akhir pekan. Tentu saja perempuan mempunyai peran yang menimbulkan konflik.
Meskipun semua peranan yang dimiliki pria dan perempuan dalam ornagisasi
relevan dengan perilaku mereka , tetapi dalam studi perilaku organisasi, peran
organisasi adalah yang paling penting. Peran seperti operator peraltan digital,
pramuniaga, pemimpin tim, sales, insiyur, analisi sistem, kepala departemen,
wakil presiden, dan pemimpin direksi sering mempunyai tuntutan dan harapan yang
saling berkonflik. Terdapat bukti penelitian bahwa konflik tersebut dapat
mempunyai dampak negatif pada keberhasilan dan kinerja yang dipegaruhi
perbedaan budaya. Sebagai contoh, dalam studi kasus mengenai CEO dalam joint
venture internasional, ditemukan bahwa konflik peran lebih rendah saat mitra
asing dominan dalam usaha, tetapi menjadi lebih tinggi saat orang local menjadi
dominan. Konflik peran berhubungan dengan budya secara terbalik.
Terdapat
tiga jenis konflik peran. Jenis pertama adalah konflik antar orang dan peran.
Mungkin terdapat konflik antar kepribadian orang dan harapan peran. Misalnya,
karyawan produksi dan angota serikat ditunjuk untuk memimpin tim produksi baru.
Pemimpin tim baru ini tidak ingin terlalu mengawasi karyawan dengan dekat, dan
hal tersebut bertentangan dengan kepribadiannya yang keras, tetapi itulah yang
diharakan kepala produksi. Jenis yang kedua adalah konflik anatrperan yang
dihasilkan oleh harapan yang berlawanan mengenai bagaimana memainkan peran .
apakh pemimpin tim perlu menjadi otokrat atau demokrat dalam mengahdapi anggota
tim? Akhirnya, konflik antar peran muncul dari persyaratan yang berbeda antara
dua peran atau lebih yang harus diaminkan dalam waktu bersamaan. Peran kerja
dan tidak kerja sering menjadi konflik. Misalnya, eksekutif sukses yang
berkerja pada perusahaan komputer mengatakan bahwa dia bekerja dari pukul 7.30
pagi sampai pukul 11.30 malam. jam kerjanya yang panjang menyebabkan
perceraian. Saat dia mendegar bahwa ibunya sakit parah, dia ingat “ saya
mempunyai waktu satu menit untuk bersedih sebelum telepon mulai berdering lagi.
Anda terjerumus begitu jauh dalam perkerjaan dan anda bahkan tidak menyadari
bahwa hidup anda telah terampas sepenuhnya dari anda.”
Pemimpin
tim produksi dan eksekutif yang sedang menanjak kariernya secara jelas
merepresentasikan kasus konflik peran organisasi. Tetapi, tergantung pada
individu dan situasi, orang dalam setiap posisi dalam organisasi modern juga
mengalami salah satu dari tiga jenis konflik tersebut. Staf insinyur tidak
yakin otoritas nyata mereka. Pegawai digarda depan tidak tau apakah mereka
harus merespon dorongan organisasi serikat atau tidak. Contoh-contoh seperti
itu tidak akan ada habisnya. Pertanyaannya bukan apakah ada konflik atau
ambiguitas peran—karena hal tersebut memang ada, dan sepertinya tidak dapat
dielakkan. Akan teapi, pertanyaan kuncinya adalah bagaimana memecahkan atau
mengelola konflik peran.
2.4 Konflik Antarpribadi
Orang yang mempunyai konflik antarpribadi sering
menghubungkan penyebab konflik ke masalah kepribadian atau kesalahan pihak
lain. Misalnya, penelitian dari teori atribusi yang disebut eror atribusi
fundamental, menyatakan bahwa orang menghubungkan perilaku seseorang dengan
factor personal seperti intelegensi, kemampuam, motivasi, sikap, atau
kepribadian. Akan tetapi, whetten dan Cameron menjelaskan lebih lanjut dan mengajukan
empat sumber konflik antarpribadi. Keempat sumber konflik tersebut adalah :
1.
Perbedaan
personal
Setiap
orang mempunyai latar belakang yang unik dikarenakan proses pertumbuhan,
tradisi keluarga dan budaya, dan proses sosialisasi. Karena tidak ada seorang
pun yang mempunyai latar belakang keluarga, pendidikan, dan nilai yang sama,
perbedaan dapat menjadi sumber utama dari konflik. Perselisihan yang berakar
dari perbedaan “ sering meningkatkan emosi dan menambah implikasi moral.
Perselisihan mengenai siapa yang benar berubah menjadi argument pahit mengenai
siapa yang lebih bermoral.
2.
Difisiensi
informasi
Sumber konflik muncul dari kegagalan
komunikasi dalam organisasi. Dua orang yang berkonflik mungkin menggunakan
informasi yang berbeda atau salah satu dari mereka salah informasi. Beda halnya
dengan perbedaan personal, sumber konflik ini tidak dinilai secara emosi dan
sekali dibenarkan,maka terdapat sedikit kebencian.
3.
Ketidaksesuaian
peran
Jenis konflik antarpribadi ini berasal
dari konflik intraindividu dan konflik antarkelompok. Secara khusus, dalam
organisasi horizontal, manajer mempunyai fungsi dan tugas yang sangat saling
tergantung. Akan tetapi, peran individu dari manajer tersebut mungkin tidak
sesuai. Misalnya, manajer produksi dan manajer penjualan mempunyai fungsi
saling tergantung, yakni bahwa mereka saling mendukung. Akan tetapi, peran
manajer produksi adalah memotong biaya dan mempertahankan inventori yang
rendah. Sebaliknya, manajer penjualan mungkin membuat janji kepada pelanggann
yang tidak sesuai dengan tingkat inventori rendah yag dipertahankan o;eh bagian
produksi. Konflik yang munvul dari ketidaksesuaian peran an ini mungkin harus
dipecahkan oleh manajemen lebih tingi atau pengembangan system melalui
teknologi informasi canggih.
4.
Tekanan
lingkungan
Jenis konflik ini dapat diperjelas dengan
lingkungan yang meneka. Dalam lingkungan sumber daya yang langka atau menusut,
terdapat tekanan kompetitif atau ketidakpastian yang tinggi, semua jenis
konflik kemungkinan lebih sering terjadi. Misalnya, saat pembuat makanan
binatag peliharaan mengumumkan bahwa sepertiga manajernya harus mengikuti shift
ketiga yang baru, ketakutan akan terganggunya rutinitas pribadi dan keluarga
mendorong banyak manajer untuk mengirim resume mereka. Selain itu,
ketidakpastian mengenai orang yang harus berkerja pada malam hari begitu besar,
bahkan pekerjaa rutin menajemen pun terganggu oleh kepura-puraan dan perang
dingin.
2.5
Perilaku Dan Konflik Antar Kelompok
Selain konflik antar pribadi (yang mencakup
intrakelompok) selama bertahun-tahun psikolog sosial membahas konflik antar
kelompok. Perilaku antar kelompok secara khusus didentifikasi sebagai berikut:
“perilaku antar kelompok terjadi kapanpun selama individu dalam sebuah kelompok
berinteraksi secara kolektif maupun
secara individu dengan kelompok atu anggota dalam lain dalam konteks
indentifikasi kelompok referensi.
Ada
beberapa kondisi anteseden yang menjelaskan
konflik antar kelompok, yang dapat dirangkum sebagai berikut:
1.
kompetisi untuk
sumber daya. Banyak organisasi mempunyai sumber daya yang sangat terbatas.
2.
kelompok dalam
organisasi bersaing mendapatkan dana anggaran, ruang, suplai, karyawan, dan
pelayanan pendukung.
3.
kesalingketergantungan tugas. Jika kedua
kelompok dalam organisasi saling tergantung satu sama lain dalam dalam cara
masing-masing mendapat keuntungan atau bahkan secara satu arah(seperti dalam
proses teknologi berurutan), anda kecenderungan terjadi komplik daripada jika
kelompok tidak saling tergantung sama lain. Semakin berbeda tujuan, prioritas,
dann karyawan dari kelompok yamg independen(misalnya, penelitian dan produksi),
semakin cenderung terjadi konflik.
4.
ambiguitas
jurisdiksional. Hal ini mungkin mencakup masalah”wilayah kekuasaan” atau
tanggung jawab yang sama. Misalnya, konflik mungkin terjadi pada saat satu kelompok
berusahan memperoleh lebih banyak kontrol atau keuntungan dari aktifitas yang
diinginkan, atau menyerahkan bagian dan tanggung jawab yang tidak diinginkan.
5.
pengejaran
status. Konflik ini terjadi saat satu kelompok berusaha mengikatkan status dan
kelompok lain memandangya sebagai ancaman dalam hirarki status. Status kelompok
mungkin juga merasa diperlakuan tidak dail dibandingkan dengan kelompok lain
dalam hal penghargaan, tugas, kondisi kerja, hak istimewa, atau simbol status.
Departemen sumber daya manusia sering diberlakukan berbeda dalam hak dari
departemen pemasaran, keuangan, dan operasi.
Kelompok
yang berkomflik mempunyai perilaku yang berbeda dari kelompok yang bekerja sama
dengan lancar. Berikut ini adalah contoh nyatanya:
Sebuah
divisi litton industries perlu menginstergasian operasi west dan east coast
untuk memberi spektrum layanan yang lengkap kepada pelanggan. Kelompok weast
cost telah menjalankan call center selama 30 tahun, bekerja keras tetapi tidak
berubah. Operasi east coast bergabung melalui akuisisi dan dikhususkan untuk
konsultasi proses perubahan. Kelompok east coast ini bertindak independen,
mengambil resiko, dan kurang peduli mengenai tradisi dan budaya litton. Konflik
yang terjadi adalah karena tidak adanya komunikasi atau kesatuan arah antara
kedua kelompok. Sabotase tersembunyi antara kedua piha terjadi secara rutin
untuk mengurangi keefektifan pihak lain.
Terdapat bukti penelitian terbaru bahwa kelompok yang
berkonflik berubah secara insternal dalam persepsi antar kelompok mereka, misalnya sebuah studi terhadap 70 tim
manajemen puncak secara internal menemukan bahwa tingkat kepercayaan mengurangi
hubungan antara konflik tugas (persepsi perselisihan mengenai keputusan yang
dibuat kelompok) dan konflik hubungan
(persepsi emosional mengenai ketidaksesuain antar pribadi). Studi lain
menemukan bahwa kohesivitas antar kelompok yang rendah dan hubungan negatif
antar kelompok berhubungan secara signifikan denngan persepsi konflik antar
kelompok yamg lebih tinggi. Secara keseluruhan, banyak ahli menekankan
pentingnya melakukan analisis biaya manfaat disemua tingkat konflik dan
selanjutnya mengatur sistem resolusi perselisihan dan mengatur sistem melalui
teknologi informasi canggih yang menghilangkan konflik yang melekat dalam
desain organisasi tradisional (misalnya, spesialis hierarki dan fungsi).
2.6 Pengaruh
Konflik Individu
Seperti
telah dibahas, konflik tidak secara otomatis buruk bagi karyawan perseorangan
atau kinerja organisasi mereka. Dalam kenyataanya, secara umum diakui bahwa
tingkat konflik yang rendah dapat meningkatkan kinerja.
Pengaruh
disfungsional dari tingkat konflik tinggi perlu diperhatikan dalam masyarakat
kontemporer secara umum dan secara khusus dalam manajemen sumber daya manusia yang
efektif. Masalah tingkat konflik yang tinggi dapat ditunjukan secara fisik,
psikologis, atau perilaku individu.
2.6.1 Masalah Fisik Akibat Konflik
Banyak perhatian dan penelitian dasar selama bertahun
tahun ditujukan pada dampak konflik pada kesehatan fisik. Masalah kesehatan
fisik yang berhubungan dengan konflik adalah sebagai berikut:
1.
masalah sistem
kekebalan tubuh, dimana terdapat pengurangan kemanpuan untuk melawan sakit dan
infeksi
2.
masalah sistem
kardiovaskular, seperti tekanan darah tinggi dan penyakit jantung
3.
masalah sistem
muskoloskleletal( otot dan rangka), seperti sakit kepala dan sakit punggung
4.
masalah sistem
gastrointestinal (perut) seperti diare dan sembelit
Untuk
5.000 orang yang bekerja dipasar saham,
kematian karena serangan jantung adalah 60% lebih tinggi daripada tingkat
nasional untuk pria antara 18 dan 65 tahun, dan termaksuk didalamnya salah satu
karyawan yang menistall defibrilator (digunakan untuk mengembalikan detak
jantung dengan listrik). Bonus adalah sejarah kuno. Siapa saja yang berjuang
dengan perasaan”takut dipecat” rasa bersalah karena selamat dari pemecatan,”
dan stigma baru yang muncul dari kenyataan bahwa orang securities echange
commision,NASD, pengacara berharap menemukan orang yang bersalah. Selanjutnya,
terdapat seribu atau lebih class action yang penyelesaian untuk investor yang
tidak puas.
Jelaslah bahwa penyakit fisik serius dari konflik
mempunyaai pengaruh drastis terhadap individu. Pengaruh yang tidak selalu
tampak, tetapi serius, adalah pengaruh masalah fisik seperti penyakit jantung,
yang dampak berdampak pada organisasi. Secara jelas, tidak semua penyakit
jantung dapat dihubungkan secara langsung dengan konflik; kondisi dukungan dan
keaadan kesehatan, faktor keturunan, dan sejarah medis seseorang juga memberi
konstribusi. Akan tetapi, tampaknya terdapat cukup bukti bahwa komflik dapat
dan benar-benar memberi konstribusi pada penyakit yang menakutkan ini dan
masalah fisik lainnya.
2.6.2 Masalah
Psikologis Akibat Konflik
Meskipun ada banyak perhatian terhadap hubungan antara
kesehatan fisik, terutama dalam komunitas medis, tetapi tidak banyak yang
membahas dampak komflik pada kesehatan mental. Tetapi, paling tidak secara
tidak langsung, dalam kinerja sehari-hari, maslah psikologis yang muncul dari
komflik juga sama pentingya dengan maslah fisik, bahkan mungkin lebih penting.
Tingkat konflik tingi mungkin disertai
dengan kemarahan, kecemasan, depresi, gelisah, cepat marah, tegang, dan bosan.
Akibat konflik dapat mempunyai pengaruh yang hampir
tidak tertera, tetapi sangat nayata pada gaya dan keefektifan manajer dalam
posisi kunci, misalnya, manager yang mengalami konflik mungkin menjadi murung,
dan bawahan mereka tidak berani mengangu managernya, walaupun ada informasi
penting, karena mereka hanya akan “memenggal kepala anda” . Manager tersebut
juga menyadari bahwa saat mereka bersikap seperti itu, mereka merasa bahwa
tidak berlaku seperti yang diharapkan untuk posisi penting mereka dan mengalami
kehilangan penghargaan diri. Dalam keadaan seperti itu, mereka mungkin juga
menunda dan terus menunda sesuatu dan tidak membuat keputusan yang dibutuhkan.
Dan, akhirnya mereka marah kepada pimpinan karena mencoba mengembalikan mereka
kejalur yang tepat dan mulai membenci pekerjaan mereka. Rekan kerja, bawahan,
dan pimpinan mungkin sangat muak dengan manager tersebut dan menggambarkan
perilaku mereka sebagai hasil dari “ kepribadian yang buruk” padahal penyebab
sebenarnya adalah konflik. Jika manager mengalami serangan jantung, setiap
orang akan merasa sedih dan berkata bahwa dia terlalu tertekan, tetapi
kemurungan manager, penghargaan diri yang rendah, ketidakmampuan untuk membuat
keputusan, dan ketidakpuasan pada pimpinan dan pekerjaan menyebabkan orang
marah dan berkata bahwa manager .”tidak baik” atau tidak dapat sejalan dengan orang
lain.” Masalah serangan jantung dan psikologis mungkin penyebabnya adalah sama.
Dan meskipun orang bereaksi secara berbeda, namun pengaruh negatif terhadap
kinerja adalah sama besarnya dengan masalah psikologis, atau bahkan lebih
buruk.
2.6.3 Masalah Perilaku Akibat Konflik
Seperti pada kasus yang dibahas pada buku ini, unit
analisis prilaku mungkin sangat membantu dalam mengatasi pengaruh stress kerja
dan komflik. Perilaku langsung yang menyertai tingkat komflik yang tinggi
mencakup makan sedikit atau makan berlebihan, tidak dapat diatur, meerokok dan
minum keras, 10 persen mengalami masalah minuman keras, dan 6 milyar dossis
amphetamine dan obat tidur dikomsumsi setiap tahunnya. Masalah perilaku
karyawan yang disebabkan alkohol dan obat-obatan menjadi sangat jelas.
Misalnya, sebuah perusahaan mempunayi masalah dengan minuman keras saat bekerja
dan membeli alat pengukur kadar alkohol lewat pernapasan untuk menguji
karyawanya. Kepala serikat buruh dalam pekerjaan ini menyatakan,: ada sejumlah
orang yang masuk kerja sambil mabuk setiap harinya. Meskipun alat itu belom
digunakan, salah seorang karyawan mengatakan, “saya rasa saya akan berhenti
pergi ke bar paada jam makan siang” selain berbahaya, seperti dalam perusahaan
yang menggunakan banyak peralatan berbahaya, masalaah tersebut dapat ditunjukan
melalui kelambatan, ketidakhadiran, dan turnover.
Terdapat bukti penelitian selama bertahun-tahun yang
mengindikasikan hubungan komflik dengan ketidak hadiran dan turnover. Misalnya,
karyawan mungkin mengalami komflik dan bereaksi dengan mabuk dan tidak masuk
kerja pada keesokan harinya karena teralalu banyak minum. Mereka kemudian
merasa bersalah karena mabuk dan merasa mengecewakan setiap orang pada pagi
harinya,” dan akhirnya keluar atau dipecat dari pekerjaan. Sementara ini,
ketidak hadiran meningkat, dan diikuti dengan pergantian karyawan, yang
merugikan perusahaan baik dalam hal menganti karyawan yang absen ataupun
menganti orang yang keluar. Menghindari pekerjaan yang menyebabkan stress atau
keluar dari pekerjaan adalah reaaksi pelarian dari situasi. Sebenarnya hal ini
mungkin reaksi yang lebih shat ketimbang reaksi perselisihan dimana orang tetap
pada pekerjaan yang membuat sress dan menjadi marah atau agresif.
2.7 Strategi Mengatasi Konflik
Sekalipun teori tentang mengatasi konflik sedang
berkembang, namun penelitian dasar tentang peran menunjukan bahwa kepribadian
dan kepercayaan mempunyai peran dalam mengatasi komflik pada organisasi dan
keduanya menjadi pedoman praktis untuk mengubah konflik menjadi keberhasilan.
Contoh aplikasi: perlu waktu untuk mengelola waktu untuk memberikan beberapa
teknik sederhana, seperti manajemen waktu yang dapat mengatasi konflik, dan
terdapat banyak langkah yang dapat digunakan untuk menghindari konflik yang
ditemukan dalam literatur praktisi.
Perilaku interaktif baik pada tingkat antar pribadi
maupun antar kelompok lebih menghasilkan konflik, dan solusinya adalah dengan
mengatasi dan mengelola perilaku tersebut. Sebagai contoh, strategi resolusi
milik konflik menang-menang atau jenis strategi lain seperti penghindaran,
defusi, kepuasan, atau konfrontasi dikenal luas dalam manajemen konflik dan ada
penelitian dasar yang mengindikasikan bagaimana manajemen konflik dapat
mempengaruhi keberhasilan tim virtual global dalam organisasi. Terdapat banyak
buku beriontasi praktik mengenai pemecahan masalah konflik ditempat kerja,
tetapi pendekatan yang lebih akademis berdasarkan penelitian berfokus pada
keahlian negosiasi. Setelah pembahasan strategi individu dan organisasi dalam
mengatasi konflik, selanjutnnya akan dibahas keahlian negosiasi resolusi konflik.
Contoh Aplikasi
Perlu
waktu untuk megelola waktu
Salah
satu penyebab utama stress pada manajer adalah tekanan waktu. Tidak menjadi
masalah berapa cepat manager bekerja dan seberapa banyak waktu yang diberikan,
mereka masih tidak dapat menyelesaikan semua pekerjaan. Salah satu cara yang
paling efektif untuk mengatasi masalah tersebut adalah menggunakan teknik
managemen waktu, saat ini banyak organisasi dari chasse manhattam, exxon sampai
xerox melatih manager mereka untuk menyelesaikan pekerjaan dalam waktu singkat.
Beberapa pedoman yang berguna untuk manajemen waktu yang efektif adalah sebagai
berikut:
1.
membuat daftar
“pekerjaan” yang mengidentifikasi semua yang harus dikerjakan selama satu hari.
Hal ini membantu perkembangan kerja yang terarah.
2.
mendelegasikan
pekerjaan minor sebanyak mungkin kepada bawahan.
3.
menentukan kapan
melakukan pekerjaan terbaik pagi atau siang dan menjadwal tugas paling penting
untuk periode waktu tersebut.
4.
mengatur waktu
selama sehari, paling tidak satu jam, saat tidak diizinkan adanya tamu atau
gangguan.
5.
mempunyai
sekretaris yang menyaring semua telepon masuk dan mengalahkanya ke bawahan
karena tidak penting atau tidak memerlukan perhatian pribadi dari anda.
6.
makan siang di
kantor satu atau dua hari dala satu minggu untuk menghemat waktu dan memberi
anda kesempatan untuk menyelesainkan pekerjaan.
7.
mengatur meja
kerja anda dengan membelakangi pintu dan lorong sehingga anda tidak melakukan
kontak mata dengan orang lain yang kemungkinan akan mampir kemeja anda.
8.
membaca sambil
berdiri. Rata-rata, orang membaca dengan lebih cepat dan akurat saat dalam
posisi tidak nyaman.
9.
menelopon antara
pukul 16.30 dan 17.00. orang cenderung berbicara dengan saingkat pada jam-jam
tersebut sehingga mereka dapat pulang cepat.
10. jangan merasa bersalah mengenai hal yang tidak dapat
diselesainkan pada hari ini. Letakkan pekerjaan yang tidak selesai dibagian
paling atas pada daftar” pekerjaan” untuk besok.
2.8
Strategi
Dan Metode Penyelesaian Konflik
2.8.1
strategi penyelesaian konflik
Pendekatan penyelesaian konflik oleh
pemimpin dikategorikan dalam dua dimensi ialah kerjasama/tidak kerjasama dan
tegas/tidak tegas. Dengan menggunakan kedua macam dimensi tersebut ada 5 macam
pendekatan penyelesaian konflik ialah:
1.
Menghindar
Menghindari
konflik dapat dilakukan jika isu atau masalah yang memicu konflik tidak terlalu
penting atau jika potensi konfrontasinya tidak seimbang dengan akibat yang akan
ditimbulkannya. Penghindaran merupakan strategi yang memungkinkan pihak-pihak
yang berkonfrontasi untuk menenangkan diri. Manajer perawat yang terlibat
didalam konflik dapat menepiskan isu dengan mengatakan “Biarlah kedua pihak
mengambil waktu untuk memikirkan hal ini dan menentukan tanggal untuk melakukan
diskusi.
2.
Mengakomodasi
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
Memberi kesempatan pada orang lain untuk mengatur strategi pemecahan masalah, khususnya apabila isu tersebut penting bagi orang lain. Hal ini memungkinkan timbulnya kerjasama dengan memberi kesempatan pada mereka untuk membuat keputusan. Perawat yang menjadi bagian dalam konflik dapat mengakomodasikan pihak lain dengan menempatkan kebutuhan pihak lain di tempat yang pertama.
3.
Kompetisi
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
Gunakan metode ini jika anda percaya bahwa anda memiliki lebih banyak informasi dan keahlian yang lebih dibanding yang lainnya atau ketika anda tidak ingin mengkompromikan nilai-nilai anda. Metode ini mungkin bisa memicu konflik tetapi bisa jadi merupakan metode yang penting untuk alasan-alasan keamanan.
4.
Kompromi atau Negosiasi
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
Masing-masing memberikan dan menawarkan sesuatu pada waktu yang bersamaan, saling memberi dan menerima, serta meminimalkan kekurangan semua pihak yang dapat menguntungkan semua pihak.
5.
Memecahkan Masalah atau Kolaborasi
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
Pemecahan sama-sama menang dimana individu yang terlibat mempunyai tujuan kerja yang sama.Perlu adanya satu komitmen dari semua pihak yang terlibat untuk saling mendukung dan saling memperhatikan satu sama lainnya.
Mengendalikan
konflik berarti menjaga tingkat konflik yang kondusif bagi perkembangan organisasi
sehingga dapat berfungsi untuk menjamin efektivitas dan dinamika organisasi
yang optimal. Namun bila konflik telah terlalu besar dan disfungsional, maka
konflik perlu diturunkan intensitasnya, antara lain dengan cara :
Ø Mempertegas atau menciptakan tujuan bersama. Perlunya
dikembangkan tujuan kolektif di antara dua atau lebih unit kerja yang dirasakan
bersama dan tidak bisa dicapai suatu unit kerja saja.
Ø Meminimalkan kondisi ketidak-tergantungan. Menghindari
terjadinya eksklusivisme diatara unit-unit kerja melalui kerjasama yang
sinergis serta membentuk koordinator dari dua atau lebih unit kerja.
Ø Memperbesar sumber-sumber organisasi seperti :
menambah fasilitas kerja, tenaga serta anggaran sehingga mencukupi kebutuhan
semua unit kerja.
Ø Membentuk forum bersama untuk mendiskusikan dan
menyelesaikan masalah bersama. Pihak-pihak yang berselisih membahas sebab-sebab
konflik dan memecahkan permasalahannya atas dasar kepentingan yang sama.
Ø Membentuk sistem banding, dimana konflik diselesaikan
melalui saluran banding yang akan mendengarkan dan membuat keputusan.
Ø Pelembagaan kewenangan formal, sehingga wewenang yang
dimiliki oleh atasan atas pihak-pihak yang berkonflik dapat mengambil keputusan
untuk menyelesaikan perselisihan.
Ø Meningkatkan intensitas interaksi antar unit-unit
kerja, dengan demikian diharapkan makin sering pihak-pihak berkomunikasi dan
berinteraksi, makin besar pula kemungkinan untuk memahami kepentingan satu sama
lain sehingga dapat mempermudah kerjasama.
Ø Me-redesign kriteria evaluasi dengan cara
mengembangkan ukuran-ukuran prestasi yang dianggap adil dan acceptable dalam
menilai kemampuan, promosi dan balas jasa.
2.8.2
metode penyelesaian konflik
v Ada tiga metode penyelesaian konflik yang sering
digunakan, yaitu dominasi atau penekanan, kompromi, dan pemecahan masalah
integratif.
Dominasi atau penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
Dominasi atau penekanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu:
1.
Kekerasan
(forcing) yang bersifat penekanan otokratik.
2.
Penenangan
(smoothing), merupakan cara yang lebih diplomatis.
3.
Penghindaran
(avoidance) dimana manajer menghindar untuk mengambil posisi yang tegas.
4.
Aturan mayoritas
(majority rule), mencoba untuk menyelesaikan konflik antar kelompok dengan
melakukan pemungutan suara (voting) melalui prosedur yang adil.
Kompromi, manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak yang bertikai.
Kompromi, manajer mencoba menyelesaikan konflik melalui pencarian jalan tengah yang dapat diterima oleh pihak yang bertikai.
2.9
Keahlian Negosiasi: Lebih Dari Manajen
Konflik
Belakangan
ini, manajemen konflik telah berubah dari bidang relasi industri menjaadi
keahlian manajerial yang penting. Seperti ditanyakan neale dan Bazarman: setiap
orang bernegosiasidalam berbagai bentuk berbeda , negosiasi adalah mekanisme
umum untuk memecahkan masalah perbedaan dan mengalokasikan sumberdaya “. Mereka
mendefinisikan negosiasi sebagai” proses pengambilan keputusan di antara pihak
interdependen yang tidak berbagi kesukaan yang sama.melalui negosiasi pihak
tersebut membutuhkan apa yang akan diberi dan di terima dalam hubungan mereka.
Meskipun beberapa sarjana prilaku
organisasi menyatakan bahwa terdapat kesamaan antara strategi negosiasi dan
manajemen konflik , negosiasi lebih dari sekedar pemecahan konflik negosiasi
menjadi keahlian manajerial bagi keberhasilan indivudu dan organisasi.
Missalnya, manajer dapat bernegosiasikan kenaikan gaji atau harga yang tetap
untuk suplay. Setelah menbahas biasa atau eror yang di buat negosiator dan
membahas tehnik negosiasi tradisional yang digunakan, selanjutnya akan dibahas
keahlian baru yang di perlukan dalam negosiasi yang efektif untuk resolusi
konflik dan karier yang sukses.
2.9.1 Pendekatan Negosiasi
Tradisional
Saat bernegosiasi, orang pada
umumnya dan manajer pada khususnya cendrung mempunyai bias dan melakukan
kesalahan yang membuat mereka tidak bernegosiasi secara rasional dan mencapai
hasil yang maksimal. Penelitian mengenai kesalahan tersebut diringkas sebagai
berikut:
Negosiator cenderung dipengaruhi oleh kerangka atau bentuk
presentasi dari informasi dalam negosiasi
- Ketika tidak ada alternatif lain , negosiasi secara
tidak rasional cendrung mengekalasi komitmen dengan tindakan yang
dilakukan sebelumnya.
- Negosiasi cendrung beramsumsi bahwa pendapatan mereka
harus berasal dari pengeluaran pihak lain.
- Penilai negosiator cendrung diperkuat dengan informasi
tidak relevan seperti penawaran awal.
- Negosiator cendrung mengandalkan informasi yang
tersdia.
- Negosiator cendrung gagal mempertimbangkan informasi
yang ada denga berfokus pada perspektif lawan.
- Negoiator cendrung
terlalu percaya diri sehubungan dengan kemungkinan mencapai hasilyang
diinginkan dari individu yang terlibat.
Selain
masalah bias, negosiasi biasanya menggunakan pendekatan tawar- menawar
distributif atau posisional. Tawar-menawar
mengasumsikan “bagian tetap” dan berfokus pada bagaimana mendapatkan bagian
terbesar, atau “bagian keuntungan”. Tim mengembangkan pertukaran yang saling
menguntungkan dalam negosiasi da menemukan minat yang sesuai. Akan tetapi,
keyakinan umum bahwa tim mempunyai keuntungan relatif dibandingkan lawan
perseseorangan dalam negosiasi, tidak didukung oleh hasil akhir aktual.
Strategi manajemen konflik berupa kompromi, pemaksaan dan penghindaran, yang
telah dijelaska sebelumnya, cendrung berhubungan dengan stretegi negosiasi
distributif. Seperti dinyatakan oleh Whetten dan Cameron: “Kompromi terjadi
saat kedua pihak mau berkorban untuk mancapai pemikiran bersama orang yang
berkompromi umumnya lebih tertarik menemukan solusi yang bijaksana, memaksa dan mengakomodasikan menuntut satu
pihak menyerah agar konflik terselesaikan . Saat ini pihak yang berkonflik
menghindari resolusi, mereka melakukan karena mereka menganggap biaya pemecahan
konflik begitu tinggi sehingga lebih baik tidak berusaha untuk mencapai
resolusi”.
Berhubungan dengan tawar menawar
distributif adalah pendekatan tawar-menawar posisional pendekatan negosiasi
ini mencakup pengambilalihan secara suksetif dan kemudian menyerah, sebuah
rangkaian posisi. Dalam bentuk paling sederhana, ini terjadi saat tawar menawar
di pasar terbuka. Akan tetapi ,tawar-menawar posisional juga erjadi dalam
diplomasi internasional. Fisher dan ury menyatakan bahwa tawar menawar
posisional dapat mempunyai tujuan yang berguna:” Hal ini memberitahukan
apa yang anda inginkan pada pihak lain : memberikan kepastian dalam
situasi tidak menentu dan tertekan : dan akhirnya menghasilkan kesepakatan yang
dapat di terima.”
Tujuan adalah sebuah kemenangan,
tidakmempercayai orang lain, menyukai posisi anda, mengancam, mencoba
memenangkan kontes keinginan, dan menerapkan tekanan. Sebaliknya,
strategi”lembut, mencakup karakteristik sebagai berikut: tujuan adalah sebuah
kesepakatan mempercayaai orang lain, mengubah posisi dengan mudah , memberi
penawaran , mencoba menghindari kontes keinginan , dan menghilangkan
tekanan.Penawara yang keras mendominasi dan mempunyai daya tarik intruksi. Akan
tetapi, penelitian dan praktik sehari hari mulai menunjukan bahwa pendekatan
negosiasi efektif lebih di mungkinkan dari pada strategi tradisional.
2.9.2 Keahlian Negosiasi Kontemporer
Terdapat
pendekatan anternatif disamping tawar menawar distributif dan possional yang
dikenal sejak lama dan strategi keras dan lunak dalam negosiasi wetthen dan
cameron mengusulkan pendekatan interatif yang menggunakan perspektif”
meninggalkan keuntungan “ yang menggunakan tehnik pemecahan masalah untuk
menemukan hasil menang-menang. Bedasarkan strategi kolaborasi (daripada
kompromi, memaksa, mengakomodasi , atau menghindari ), pendekatan interatif
mengharumkan negosiator yang efektif untuk menggunakan keahlian seperti (1)
menepatkan tujuan superordinat: (2) misalkan orang dari masalah: (3) berfokus
pada minat bukan pada posisi : (4) menemukan piihan untuk keuntungan bersama:
dan (5) menggunakan kriteria objektif.
Pedoman praktis untuk negosiasi yang
efektif mengelompokkan berbagai tehnik negosiasi bedasarkan tingkat resiko bagi
si pengguna.:
- Tehnik negosiasi resiko rendah
Ø Bujukan –
halus biasanya berhasil , tetapi standar nya mungkin berbeda antara usia jenis
kelamin, dan faktor budaya.
Ø Memberiikan
point yang mudah duu – membantu membangun kepercayaan dan momentum persoalan
yang lebih berat
Ø Diam –
efektif untuk konsensi, tetapi seseorang harus berhati hati agar tidak
memancing kemarahan atau fustasi lawan .
Ø Posisi
menguntungkan – hal ini mungkin memperoleh penawaran balik yang rnunjukan
posisi lawan atau mengubah point kompromi.
Ø “O.malangnya
aku- mungkin mnimbulkan simpati, tetapi juga dapat menyebab kan naluri membunuh
dalam dri lawan
2.
Tehnik negosiasi risiko tonggi
Ø Hilangnya
kesabaran yag tidak diharapkan – kemaraha dapat memecahkan kebutuhan dan
memberi ide pada setiap orang, tetapi hal ini juga dapat di pandang sebagai
sikap tidak dewasa atau menipulasi dan menyebabkan lawan memperkuat posisi
mereka.
Ø High-balling
– digunaka untuk memperolehkepercsyssn deenganmenyerah kepada posisi lawan ,
tetapi saat kalah oleh kekuasaan yang lebih tinggi , konsesi di peroleh
bedasarkan kepercayaan.
Ø Bouharism
(ambil atau lepaskan) dinamakan seperti nama wakil presiden GE yang hanya membuat
satu penawaran dalam negosiasi, hal ini merupakan strategi yang sangat agresif
yang mungkin juga menyebabkan kemarahn dan frustasi pada lawan.
Ø Menunggu
momen yang tepat – setelah menggunakan taktik yang butuh dan mengetahui bahwa
tanggal waktu sudah dekat, memberikan tawaran yang masuk akal tetapi disukai
meninggalkan lawan dengan sedikit pilihan atau menerimanya.
Selain strategi risiko rendah dan
tinggi juga terdapat sejumlah tehnik negosiasi, sperti tim yang sendiri dari
dua orang yang menggunakan “polisi baik – polisi jahat “( satunya keras, dan
yang lain nya baik hati), dan berbagai kesenangan psikologis seperti memaksa
pertemuan diselenggarakan di wilayah seseorang menjadwalkan pertemuan pada
wakuyang tidak tepat, atau menginterupsi pertemuann dengan menelpon atau
pertenuan lain. Juga ada pedoman jika maka, bagaimana menggunakan alkohol dalam
negosiasi . Selain pedoman untuk
keahlian negosiasi yang efektif , juga terdapat penawaran distributif dan
strategi keras dan lembut yang dikembangkan oleh Harvard Negotiation Project.
Alternatif pada negosiasi tradisional ni disebut pendekatan negosiasi
berprinsip atau negosiasi menurut manfaat.
Ada empat elemen dasar dalam
pendekatan alternatif negosiasi yaitu:
1.
Orang. Memisahkan orang dari masalah
2.
Minat.berfokus pada minat , bukan posisi
3.
Pilihan . Mengahsilkan berbagai kemungkinan sebelum
memutuskan apa yang dilakukan .
4.
Kriteria. Memaksa bahwa hasil didasarkan pada beberapa
standar objektif
Keahlian
dasar melebihi strategi keras dan lembut dan mengubah permainan negosiasi
berdasarkan manfaat. Misalnya, dalam tawar- menawarkan lembut anggota adalah
teman: dalam tawar menawarkeras , anggotanya adalah musuh : tetapi dalam
pendekatan perinsip, anggotanya adalah pemecahan masalah. Dalam tawar menawar
dalam tawar menawar lembut , pendekatan adalah mempercayai orang lain dalam
tawar menawar keras,anggotanya tidak saling mempercai;tetapi dalam pendekatan
prinsip, negosiator mengekplorasi minat umum. Keahlian negosiasi prinsip ini
dapat menghasilkan kesepakatan yang bijaksana sebagai dinyatakan fisher dan
ury:
Metode ini memungkinkan anda untuk
mencapai konsesus secara bertahap menganai keputusan bersama secara sfisien
tanpa mengeluarkan biaya untuk mempertahankan posisi. Anda hanya harus memuka
diri. Dan memisahkan orang dari masalah memungkin anda berhubungan secara
langsung dan secara empatis dengan negosiator lain sebagai manusia dan
menghaasilkan penyesaian yang baik.
Sejalan keahlian sosial, emosional, perilaku, kepemimpinan, tim, dan komunikasi
keahlian negosiasi menjadi semakin penting bukan hanya untuk manajemen konflik,
tetapi juga untuk manajemen yang efektif secara umum.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Konflik berasal dari kata kerja Latin configere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau
lebih (bisa juga kelompok) di mana salah satu pihak berusaha menyingkirkan
pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Konflik
adalah proses dimana satu pihak mengganggap bahwa pihak lain menentang atau
menghalangi kepentingan-kepentingannya (Krietner
Dan Kinioki, 2005).
Konflik organisasi (Organizational
conflik) adalah ketidaksesuaian antara dua atau lebih anggota-anggota atau
kelompok organisasi yang harus membagi sumber daya yang terbatas atau kegiatan-
kegiatan kerja dan atau karena kenyataan bahwa mereka mempunyai perbedaan status,
tujuan, nilai atau persepsi. Konflik organisasi juga dapat diartikan sebagai
perilaku anggota organisasi yang dicurahkan untuk beroposisi terhadap anggota
yang lain. Pada dasarnya proses konflik bermula pada saat satu pihak dibuat
tidak senang oleh, atau akan berbuat tidak menyenangkan kepada pihak lain
mengenai suatu hal yang oleh pihak pertama dianggap penting. Perbedaan konflik
dan persaingan (kompetisi) terletak pada apakah salah satu pihak mampu untuk
menjaga dirinya dari gangguan pihak lain dalam pencapaian tujuannya.
Konflik sebagai suatu kesatuan
negative, dimana ini merupakan salah satu problema serius yang di hadapi yaitu
kecenderungan konflik untuk menyebabkan terpencarnya upaya untuk mencapaii
tujuan organisasi. Sumber daya organisasi yang ada tidak di gunakan untuk
menghasilkan keuntungan yang tinggi melainkan habis digunakan untuk
menyelasaikan konflik yang ada. Waktu dan uang merupakan sumber daya organisasi
yang sangat pentingd dan kerap kali digunakan untuk menyelesaikan konflik.
Komentar
Posting Komentar